Budayawan dan penyanyi Indonesia, Sujiwo Tejo menghadiri Dialog Kebangsaan yang dilaksanakan di Aula Baruga Andi Pangeran Pettarani Unhas, Sabtu (24/05). Pada kesempatan ini, ia berpesan kepada Prof JJ agar Unhas tetap menjadi pihak yang kritis dalam menanggapi isu sosial, termasuk agama.
“Kitab suci adalah mutlak, tetapi diperlukan orang-orang di universitas untuk menafsirkan kitab tersebut,” ujar Sujiwo Tejo.
Sastrawan itu juga membagikan pengalamannya ketika meneliti isu bissu, pemimpin adat atau tradisi yang dianggap memiliki perpaduan antara unsur laki-laki dan perempuan. Ia melakukan penelitian tersebut bersama peneliti Amerika pada tahun 2024 dan menemukan banyak pemimpin adat yang memiliki perpaduan tersebut.
Secara umum, kita mengetahui bahwa waria merupakan hal yang dilarang dalam agama. Namun, menurut ilmu pengetahuan, waria itu ada yang disebabkan oleh penyakit dan DNA atau bawaan lahir.
“Jangan-jangan agama sebenarnya membolehkan hal tersebut (waria), tetapi tafsir kita yang melarang. Kan, DNA adalah sesuatu yang difirmankan oleh Tuhan,” jelasnya.
Seniman pameran itu mengatakan bahwa adanya ruang untuk berpikir kritis merupakan bentuk dari potensi-potensi yang perlu dikembangkan. Jika potensi-potensi tersebut dikembangkan maka kita dapat membentuk kebangsaan yang unggul.
Fathimah Nur Khalidah Rahman
