Fakultas Peternakan (Fapet) Unhas mengadakan sosialisasi pendanaan Riset Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kebijakan Riset Internal Unhas. Kegiatan ini diselenggarakan melalui Zoom Meeting, Kamis (27/10).
Kegiatan diikuti dosen Unhas, Universitas Tadulako, dan Universitas Muslim Maros, serta menghadirkan BRIN, Prof Dr Ir Syahruddin Said M Agr Sc dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unhas, Prof dr Muh Nasrum Massi Ph D Sp MK sebagai narasumber.
Dalam sambutannya, Dekan Fapet Unhas Dr Syahdar Baba SPt MSi mengatakan, program ini menggerakkan dosen muda sebagai sumber publikasi nasional maupun reputasi internasional.
“Pendampingan penelitian dari tim ahli dapat memperkaya jumlah proposal dan mempertajam ide-ide penelitian yang sesuai dengan skema,” jelas Syahdar.
Melalui kesempatannya, Syahruddin menyampaikan beberapa poin penting dalam riset.
“Riset itu berfokus pada peningkatan kualitas dan jumlah kekayaan intelektual. Harus ada mitra dalam riset karena mitra itu yang paham betul mengenai apa permasalahan dan kebutuhan di tempat tersebut,” ucapnya.
Ia menerangkan, riset BRIN sebagai ujung tombak riset dan inovasi harus sinergi dengan landasan hukum Undang-Undang nomor 11 2019 tentang sistem nasional ilmu pengetahuan dan teknologi, Peraturan Presiden nomor 78 tahun 2021 tentang badan riset dan inovasi nasional, dan Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2021 tentang dana abadi di bidang pendidikan.
Lebih lanjut, Ketua LPPM menyebutkan, kebijakan riset Unhas untuk pendanaan 2023 pada bidang keunggulan Unhas, yakni penguatan pangan, biomaterial, obat-obatan berbasis sumber daya laut, kesehatan berbasis pangan, pengembangan industri ternak potong lokal berbasis teknologi, pengembangan SDM, serta pengembangan padi, jagung, kopi dan kakao.
“Adapun target kinerja puslitbang baru, yaitu memiliki publikasi pada jurnal internasional, kerjasama dari dalam dan luar negeri, terbentuknya tim kolaborasi antar fakultas dan universitas, serta melaksanakan seminar internasional minimal 1 semester dalam 4 tahun,” pungkasnya.
Ai
Discussion about this post