Ratusan mahasiswa aliansi Unhas dan warga Bara-barayya bersatu penuhi jalanan di depan pintu 1, Selasa (10/4). Aksi tersebut dimulai sejak pukul tiga sore di Pelataran Gedung Mata Kuliah Umum sebagai titik kumpul.
Selanjutnya, aksi semakin memanas tatkala pertunjukan teater ditampilkan. Pertunjukan tersebut menggambarkan tampilan visual seorang laki-laki berjas yang kabur membawa berkas-berkas penting. Namun, apa yang dilakukannya itu tidak dibiarkan begitu saja. Langkahnya dipersulit dengan kehadiran tiga orang lainnya yang berlari mengejar. Alhasil, lelaki berjas itu berhasil ditangkap. Pakaiannya dilucuti dan ketiga orang yang mengejarnya sontak melempari lelaki itu dengan sobekan berkas yang dibawanya kabur.
“Jika Omnibus Law disahkan, hal itu menunjukkan langkah mundur dalam menjalankan pemerintahan ini,” tegas Agy, mahasiswa aliansi Unhas.
Usai memainkan peran sebagai laki-laki berjas, ia sontak membakar semangat mahasiswa.
Rangkaian aksi dipusatkan pada panggung bebas ekspresi yang meluapkan emosi mahasiswa atas kebijakan Omnibus Law. Kebijakan itu menuai kritik di berbagai tempat mengingat proses pembuatannya yang tertutup dan hanya diwakili oleh beberapa pihak.
“He ndak sakit ko semua kah? Presiden kita hanya ingin menjadi diktaktor! Peraturan Presiden bisa menggantikan Undang-Undang, peraturan yang di bawah ingin menggeser peraturan yang di atas. Kalo ndak mau ko bergerak sekarang, rasakan ko akibatnya!” ujar Cece, salah satu mahasiswa Unhas yang terbakar amarah.
M19
Discussion about this post