Menuju minim sampah bukan menjadikan kita malaikat, namun menjadikan kita manusia yang peduli dan bertanggung jawab. Sampahku adalah tanggung jawabku.
Masyarakat pada umumnya berpandangan bahwa masalahnya dengan sampah telah selesai ketika ia sudah membuangnya ke tempat sampah. Namun, DK Wardhani, penulis buku Menuju Rumah Minim Sampah ini mengungkapkan bahwa hal tersebut tidak sesederhana itu. Sebab sampah yang setiap orang hasilkan, tidak lenyap begitu saja, “ia hanya berpindah tempat,”tulisnya.
Setelah memaparkan beberapa permasalahan seperti hewan-hewan laut yang lehernya terlilit sampah plastik dan kejadian longsor yang pernah terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ia pun menawarkan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yakni Zero Waste atau meminimalkan penggunaan sampah plastik.
Lewat bukunya itu lah, Dini, begitu ia kerap disapa, membagikan pengalamannya hidup tanpa sampah dan mengurangi sisa konsumsi. Dia mungkin masih jauh dari level praktisi Zero Waste, Bea Johnson, penggagas prinsip Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot (5R). Tapi ia terus berusaha dalam mempraktekkan hal itu, sehingga Zero Waste bukan hanya tren selewatan baginya.
Dalam buku 180 halaman ini mulanya dijelaskan alasan belajar Zero Waste, di mana sampah berakhir, pola konsumsi keluarga, dampak sampah, belajar untuk tidak menggunakan plastik, dan program Dini yaitu Menolak, Mengurangi, Menggunakan Kembali, Mendaur Ulang, dan Membusukkan atau 5M.
Buku tersebut juga mengarahkan pembaca untuk mau turun langsung mengobservasi sisa konsumsinya di rumah. Setelah itu, mereka dapat menuliskan hasil observasi pada tabel yang tersedia di dalam buku. Tak hanya itu, Dini juga melengkapi buku “panduan” Zero Waste ini dengan Frequently Asked Question (FAQ) seputar kendala di lapangan. Dengan begitu, pembaca yang ingin turut menerapkan Zero Waste dapat terbantu.
Selain itu, buku yang terdiri atas sembilan bab ini tidak hanya berisi pengalaman Dini saja. Dia juga memberikan ruang kepada teman – teman seperjuangannya untuk menceritakan pengalaman mereka dalam menerapkan gaya hidup minim sampah. Seperti, Sulistyoningtyas membagikan pengalamannya mengenai hal dasar yang wajib dilakukan jika ingin memulai minim sampah, yaitu menolak penggunaan plastik saat berbelanja, baik kantong kresek untuk membawa semua belanjaan atau plastik kemasan.
Dini tahu betul bagaimana mengedukasi pembaca. Pembahasan seperti “Kemana Perginya Sampahku ?” bisa jadi pemicu bagi siapa saja untuk mau belajar Zero Waste. Dalam tulisan itu, ia membahas bahwa sampah tidak pernah ada dengan sendirinya. Sampah baru ada jika terjadi proses konsumsi. Selama belum dikonsumsi, sampah tidak pernah disebut sampah.
Sebagai contoh, kita dapat mengkonsumsi air minum kemasan selama sekian menit kemudian kemasannya akan dibuang begitu saja di tempat sampah. Saat membuang pada tempatnya, kita mengira masalah sudah selesai. Kenyataannya, plastik kemasan air minum tidak hilang, lenyap, dan terurai selama ratusan tahun, hanya berpindah tempat saja. Bersih di tempat kita, masalah di tempat lain: TPA.
Pada buku itu juga, Dini dan teman – temannya banyak menceritakan bagaimana mereka secara perlahan mengajar anak – anak dan suami tentang apa itu Zero Waste. Misalnya ada delapan cara meyakinkan suami dan anak, yakni buat target yang ringan, “bermainlah” dengan halus, beri contoh, buatlah perencanaan keberlanjutan langkah 3AH (cegAH, pilAH, olAH).
Bagi banyak kalangan, belajar Zero Waste sangatlah rumit, berlebihan (lebay) dan bahkan high cost. Sebab pelaku Zero Waste harus membeli barang – barang mahal dan bermerek guna menggantikan barang – barang plastik. Padahal prinsip kerjanya sangat sederhana. Adalah sedapat mungkin mencegah terjadinya sampah dan sesedikit mungkin mengirimkan sampah ke TPA.
Kemudian, melalui buku tersebut, Dini berpendapat, wanita adalah motor rumah tangga. Oleh sebab itu, tulisan di dalamnya mengarahkan kepada pembaca wanita untuk bergerak. Seharusnya, penulis menulis sub bab khusus bagaimana peran pria, dalam hal ini suami untuk turut serta lebih aktif dalam mewujudkan rumah minim sampah. Sehingga buku ini bisa menyentuh siapapun.
Meski begitu, buku yang terbit Agustus 2018 ini memuat banyak sekali infografis dan tabel yang sangat interaktif. Contohnya, tabel memilah sampah organik dan anorganik dan banyak tabel lain yang wajib untuk diisi oleh pembaca. Buku ini sangat cocok bagi kamu yang ingin belajar hidup tanpa sampah plastik. Selamat membaca!
Judul buku : #belajarzerowaste Menuju Rumah Minim Sampah
Penulis : DK Wardhani
Penerbit : Pustaka Rumah Main Anak
Tebal : 180 halaman
Cetakan 1 : Agustus 2018
M05