Lembaga mahasiswa (Lema) tingkat universitas di Universitas Hasanuddin (Unhas) kini nasibnya masih tak jelas. Keputusan pimpinan mahasiswa tingkat fakultas masih menggantung nasib Lema Unhas. Tapi tahukah Anda, dahulu, Lema Unhas pernah aktif bahkan keseruan pemilihan ketua Dewan Mahasiswa (Dema) –nama lembaganya saat itu– ramai diperbincangkan.
Di rubrik Mahasiswa dan Pemuda identitas edisi Maret 1976, suasana seputar pemilu raya mahasiswa Unhas digambarkan dalam situasi yang hangat. Seperti kalimat di bawah ini;
“Volume ‘kasak-kusuk’ dan ‘urus mengurus’ mahasiswa di Kampus Baraya, akhir Maret ini, terasa meningkat. Di mana-mana nampak mahasiswa bergerombol-gerombol, berbincang-bincang dan berbisik-bisik secara serius. Atau sekali-sekali nampak mahasiswa berombongan naik kendaraan menderu kencang. Setiap bertemu, selalu saja terdengar perkataan ‘bagaimana bosh?’ tentu maksudnya dapat diraba,”
Di tahun itu, pertarungan jadi ketua dan wakil ketua Dema Keluarga Mahasiswa Unhas diikuti lima pasang calon, yakni Tajudin Noersaid (Fakultas Teknik) & Majid Sallatu (Fakultas Ekonomi), Taslim Arifin (Fakultas Ekonomi) & Untung Surapati (Fakultas Pertanian), Andi Mattalatta (Fakultas Hukum) & Idrus Paturusi (Fakultas Kedokteran), Alex Palinggi (Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam) & Samuel Zeth Somba (Fakultas Kedokteran), dan Idris Buyung (Fakultas Hukum) & Nunding Ram (Fakultas Sastra).
Setelah ditetapkan, kelima pasang calon itu pun diberi kesempatan berkampanye, Rektor saat itu, Prof Dr Ahmad Amiruddin membuka secara resmi masa kampanye mulai tanggal 27 Maret sampai 31 Maret. M Saleh Boma, Zohra A Baso dan Muchsin Salmirah sebagai formatur panitia pemilihan umum mahasiswa Unhas saat itu juga menetapkan ‘masa tenang’ tiga hari setelah masa kampanye.
Di masa kampanye, suasana kampus Baraya dipenuhi dengan berbagai macam slogan. Seperti dikutip dari identitas edisi akhir Maret 1976; “Di seantero Baraya terpancang slogan ‘Sukseskan pemilu mahsiswa 76’ ‘Pemilu mahasiswa 76 adalah sarana demokrasi’… poster-poster sekarang lebih ramai lagi. Soalnya para calon sudah diizinkan untuk menawarkan ide-idenya pada masa kampanye,”
Hitung menghitung suara sebelum pemilihan pun mulai dilakukan saat masa kampanye. Calo dari masing-masing calon mulai bergerak menimbang kekuatan lawan. Dari perhitungan kasar kru identitas, sejumlah calon dari fakultas yang sama akan memperoleh suara yang tidak utuh dari fakultasnya. Seperti Taslim Arifin dan Majid Sallatu yang sama dari Fakultas Ekonomi, Andi Mattalatta dan Idris Buyung sama dari Fakultas Hukum, serta Idrus Paturusi dan Samuel Zeth Somba sama dari Kedokteran. Suara dari ketiga fakultas itu tentu akan terbelah pada masing-masing calon.
Selain itu, kru identitas juga menimbang suara dari fakultas yang tak memilki wakil jadi calon ketua atau wakil ketua Dema. Dua fakultas itu ialah Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (Sospol) dan Fakultas Peternakan. Kru identitas tahun itu juga membuat sebuah artikel dengan judul “Mau Jadi Ketua DM UH? Berbaik-baiklah pada Mahasiswa Sospol”.
Salah satu yang menarik dari artikel itu berbunyi, “Mungkin dari sini pulalah timbulnya kasak-kusuk bagi pasangan yang ingin mendapat dukungan terbanyak, berbaik-baiklah kepada Sospol. Mau terima atau tidak resep ini tentu terpulang kepada para pasangan itu sendiri. yang jelas Sospol sudah datang ulurkan tangan. Jabatan Sekertaris Jenderal! Siapa kira-kira yang berani menerima uluran tangan itu?” dikutip dari identitas edisi akhir Maret 1976.
Di edisi awal April tahun 1976, headline identitas berjudul “Tiga Besar Pasangan Calon Ketua DM UH Maju pada PEMILU Tahap Kedua”, di atas judul itu, terpampang foto ketiga calon ketua dan wakil ketua Dema Unhas.
“Perhitungan suara hasil pemilu mahasiswa Unhas, tanggal 8 April di PKM, telah memastikan pasangan Tajuddin Noersaid/Majid Sallatu, A Mattalatta/Idrus Paturusi, dan Taslim Arifin/Untung Surapati sebagai ‘tiga besar’ yang maju ke babak pemilihan tahap kedua,” tulis M Dahlan Abu Bakar di identitas edisi April 1976.
Tiga pasangan itu masing-masing berurut mendapat suara 1.102 pemilih, 1004 pemilih, dan 773 pemilih. Hasil tiga besar itu melenceng dari ramalan para mahasiswa ‘pengamat’. Dalam artikel berjudul Ramalan Tepat dan Meleset di identitas edisi April 1976 memprediksi pasangan Mattalatta-Idrus Paturusi akan terlempar dari pertarungan.
“Tetapi rupanya fakta berbicara lain. Mattalatta-Idrus mengumpulkan suara lebih seribu mendekati suara pasangan tangguh Taju-Majid,” dikutip dari artikel Ramalan Tepat dan Meleset, identitas edisi April 1976.
Setelah pemilihan tahap pertama selesai, Rektor Unhas saat itu, Prof Ahmad Amiruddin dalam pertemuan bersama panitia pemilu, pengurus Dema KM UH dan beberapa calon, mengatakan di pemilu tahun 1976 baiknya melahirkan tradisi baru. Pernyataan itu dikutip dari berita di identitas edisi April 1976 yang ditulis Nursyam.
“Pemilu mahasiswa Unhas yang telah dua kali diadakan ini (yang pertama Maret 75) tiada lain adalah mencari tradisi baru dan memerlukan keberanian melaksanakannya.. agar jangan menodai pemilu itu dan saya tidak mau melihat ada yang merusak suasana” ujar Rektor dengan nada tinggi, digambarkan Nursyam.
Tahap kedua pun berlangsung tanggal 13, 14 dan 15 April 1976, hasilnya, Tajudin Noersaid dan Majid Sallatu berhasil terpilih jadi Ketua Dewan Mahasiswa dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa periode 1976-1977.
Kini, para mantan aktivis, mantan calon ketua Dema Keluarga Mahasiswa Unhas, itu telah meniti karir mereka di jalur masing-masing. Banyak diantara meraka jadi dosen seperti Taslim Arifin dan Majid Sallatu di fakultas ekonomi Unhas, Untung Surapati di Jurusan Agroteknologi fakultas pertanian Unhas, Nunding Ram di fakultas sastra Unhas hingga Idrus Paturusi yang telah pernah menjabat sebagai rektor kampus merah dua periode. Namun jalur berbeda ditempuh Andi Mattalatta dan mantan Ketua Dema Unhas 1976-1977, Tajudin Noersaid, keduanya selain pernah menjadi dosen, mereka juga memilih aktif berpolitik dan pernah duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
Lantas, apa kabar lembaga mahasiswa tingkat universitas di Unhas saat ini?
Reporter: Musthain Asbar Hamsah