Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas (FIKP), Prof Dr Ir Ambo Tuwo, DEA baru saja mendapatkan kepercayaan dari negara Prancis. Ia diberi mandat menjadi konsul kehormatan Prancis di Indonesia, Jumat (11/1).
Kurang lebih sebulan setelah Prof Ambo dilantik, Reporter Identitas, Badaria melakukan wawancara khusus bersamanya. Di ruangan Prof Ambo itu, mereka membicarakan terkait seberapa besar peluang kerja sama antara Prancis dengan Sulawesi Selatan terkhusus Makassar. Lalu, hal apa saja yang akan menjadi gebrakan Prof Ambo sebagai konsul kehormatan Prancis?
Mereka juga membicarakan bagaimana Prof Ambo secara pribadi menyeimbangkan antara jabatannya sebagai dosen dan konsul kehormatan Prancis. Berikut kutipan wawancaranya :
Apa saja program kerja Anda setelah diamanahkan menjadi Konsul Jenderal Kehormatan untuk Prancis?
Program kerja sebagai konsul tentu saja menangani semua kepentingan Prancis baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, pariwisata dan perdagangan serta menjaga hubungan Indonesia dan Prancis. Apalagi sebagai orang perguruan tinggi tentu saya akan memberikan perhatian lebih dalam pengembangan Ipteks. Hal ini tentu dilatarbelakangi karena Prancis merupakan negara dengan teknologi yang sangat maju di dataran Eropa dan dunia.
Lalu, bagaimana Anda menjaga hubungan bilateral antara Indonesia dan Prancis?
Tentu dengan menjaga komunikasi yang baik dengan pihak Prancis. Untuk melakukan hal itu, saya sebenarnya sangat terbantu dengan kemampuan berbahasa Prancis yang saya miliki. Kemampuan berbahasa Prancis saya juga merupakan salah satu pertimbangan sehingga saya terpilih sebagai konsul kehormatan Prancis. Bahkan orang Prancis bilang bahasa Prancis saya bagus di atas bagus.
Kemudian saya juga mesti menjaga hubungan baik dengan orang-orang Prancis. Misalnya, dengan menyambut wisatawan atau tamu Prancis yang berkunjung ke Indonesia dan kedutaan. Tak hanya itu, saya juga harus menyambut baik sejumlah kegiatan yang diadakan Ikatan Pelajar Indonesia (IPI). Tahun ini Unhas akan menjadi tuan rumah pertemuan IPI.
Potensi apa yang perlu dikembangkan di Indonesia terlebih di Makassar?
Salah satu masalah yang krisis di Indonesia yakni pangan. Dua per tiga pangan itu ada di laut sehingga perlu perhatian yang lebih besar untuk mengembangkan pangan dari sektor tersebut. Dan hal itu dapat terwujud jika Indonesia mampu mengembangkan Ipteks.
Sebenarnya, laut itu potensinya selaut tantangannya selangit. Artinya berbicara mengenai kelautan itu tantangannya besar. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah kelautan Indonesia dan mengembangkannya harus menjalin kerja sama yang baik. Saya juga menyambut dengan baik untuk membantu menjalin kerja sama Indonesia dengan Prancis di bidang kelautan, udang, dan budidaya pantai.
Lantas, menurut Anda di mana lokasi strategis yang harus dikembangkan untuk membangun Makassar?
Tempat strategis di Makassar ada di Lakkang. Lakkang memiliki struktur geografis yang persis dengan yang ada di Paris. Ia berada persis di tengah Sulawesi Selatan. Maka dari itu, ia mampu dikembangkan dan menjadi Paris kedua. Lakkang dapat dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan perekonomian yang baru. Ia dapat dijadikan pusat pariwisata baru. Salah satu kelebihannya ialah aksesnya yang mudah.
Seiring berjalannya waktu nanti, Lakkang dapat menjadi ikon baru di Makassar. Dampaknya adalah lapangan kerja baru. Selain itu, jika ingin dibandingkan antara Prancis dan Indonesia dari sisi pelancongnya, tiap tahun pelancong yang berkunjung ke Paris mencapai 80 juta pertahun dari penjuru dunia, sedangkan Indonesia hanya 15 juta. Dengan begitu, semua harus dikembangkan menjadi pusat kuliner, pusat oleh-oleh. Lalu, masyarakat juga harus diberdayakan agar mampu mengembangkan kerajinan, sehingga menarik wisatawan baik lokal maupun manca negara.
Terkait profesi, bagaimana cara Anda menghadapi setiap kendala dan masalah saat menjadi dosen hingga saat ini menjabat Konsul Jenderal Kehormatan untuk Prancis?
Sebenarnya, tidak ada masalah dan kendala yang terlalu signifikan, karena lebih banyak di akademik. Masalah dan tantangan di bidang akademik lebih kepada fasilitas riset yang terbatas, maka untuk menghadapi masalah ini kita harus menjalin kerja sama dengan negara maju.
Bagaimana Anda mengatur waktu antara kesibukan sebagai dosen tetap di Unhas dengan tugas sebagai Konsul Jenderal Kehormatan?
Bekerja sebagai relawan dan memperkuat kerja tim. Nantinya saya akan dibantu dengan staf dan sekretaris yang akan mengatur jadwal sebagai konsul, dosen dan dosen penguji. Di konsul kehormatan juga kami akan didukung oleh tim di kantor. Sehingga tidak mengganggu pekerjaan antara satu dengan yang lainnya.
Data Diri :
Nama : Prof Dr Ir H Ambo Tuwo, DEA
Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 18 November 1962
Alamat : Jl Gunung Batu Putih 59, Makassar
Riwayat Pendidikan :
– S3 – Universite de Bretagne Occidentale, France 1990-1993
– S2 – Universite de Bretagne Occidentale, France 1989-1990
– S1 – Universitas Hasanuddin, Makassar 1982-1986