Adakah penjalaran yang lebih cepat dari cahaya? Bapak Fisikawan Unhas, Dr Abdullah Renreng punya jawabannya.
Ahli Fisika Unhas, Dr Abdullah Renreng, merupakan sosok yang mampu membantah teori yang telah berkembang di kalangan ilmuwan. Melalui penelitiannya, ia menemukan bahwa ada penjalaran yang dapat melampaui kecepatan cahaya. Berbeda dengan teori yang telah dipercaya sebagian besar orang bahwa cahaya memiliki tingkat penjalaran tercepat.
“Adakah penjalaran yang melampaui kecepatan cahaya? Dan saya telah menemukan jawabannya,” kata Renreng dikutip dari terbitan identitas edisi Desember 1983.
Lebih lanjut, Renreng menerangkan bahwa melalui persamaan Einstein, tidak mungkin ada jenis zarah yang berkelakuan seperti cahaya yang massanya nol, terkecuali yang mencairkannya itu juga nol massanya.
“Secara logis, karena massanya tidak nol, betapapun kecilnya, maka tentu gelombang gravitasi lebih cepat penjabarannya daripada cahaya,” terang pembantu dekan III Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam masa itu.
Teori tersebut dia susun dalam makalah berjudul “Perihal Interaksi Medan Gravitasi dengan Medan Vektor”. Lelaki kelahiran Belawa, Kabupaten Wajo itu juga menggabungkan Teori Kuantum dengan Teori Relatifitas milik Einstein. Hal tersebut belum berhasil digarap para pakar, kecuali dirinya.
“Secara teoritis, cahaya sebagai kuantum tak mungkin massanya nol,” ungkap ayah empat orang anak itu.
Meski terkenal sebagai ahli dalam dunia teori fisika, nyatanya Renreng juga menggemari buku yang berkaitan dengan perbandingan agama, ekonomi, sosial, dan budaya. Tidak melulu membaca teori fisika. Dosen yang senang berdiskusi itu juga tertarik menekuni ilmu-ilmu sosial. Baginya, perkembangan ilmu eksakta terlalu cepat dibanding dengan ilmu-ilmu sosial.
Saking tertariknya, ia memasukkan unsur ilmu sosial dalam makalah pertama yang dia tulis tahun 1972. Makalah tersebut berjudul “Pelembagaan Sistem Nilai-nilai Sosial Budaya ke dalam Perumusan Global Mekanika Kuantum”. Pun ia telah menulis kembali makalah tersebut dan siap untuk dipublikasikan kala itu.
“Saya percaya bahwa seluruh ilmu pengetahuan itu sebenarnya mempunyai perumusan yang eksak, jika ilmu yang bertolak pada fitrah, hakikat dari alam semesta,” kata pria yang gemar bermain sepakbola ini.
Alumnus Universitas Gajah Mada ini sangat berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan utamanya dalam riset yang ia lakukan. Dia banyak melakukan riset dengan membaca sejumlah buku filsafat. Sebab filsafat menjadi landasan utama penelitian yang Renreng lakukan.
“Kalau landasan filsafatnya keliru, maka perumusan matematiknya pun akan keliru,” ucapnya.
Dilansir dari laman Kompasiana.com terbitan 2 Maret 2015, menurut Rektor ITS, Prof Dr Ir Triyogi Yuwono, DEA bahwa Malaysia tidak memiliki basic science yang kuat dalam bidang matematika dan astronomi. Jadi mereka mengambil Renreng dari Indonesia.
Setelah itu, pada tanggal 27 Januari 2016 Renreng dipanggil menghadap Sang Pencipta. Salah satu pakar di bidang fisika teori milik Unhas gugur. Untungnya, ia telah menuntaskan tugasnya sebagai pembelajar dan peneliti yakni menghasilkan sejumlah karya yang dapat dikenang dan bermanfaat bagi banyak orang.
Karya termahsyur yang ia miliki adalah buku berjudul “Introducing to Theoretical Physics” terbitan tahun 2001, terpajang di toko buku online Amazon.com. Salah satu situs belanja online internasional.
Arwinsyah