Pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) mahasiswa Unhas semester ini dilakukan secara manual.
Gerombolan mahasiswa perikanan memadati bagian akademik fakultas untuk mengisi Kartu Rencana Studi (KRS) mereka secara manual. Hal itu sesuai dengan imbauan yang dikeluarkan Rektor Unhas, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu nomor 21585/UN4.1/DL.02/2019.
Ya, kali ini pengisian KRS mahasiswa Unhas berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika beberapa tahun sebelumnya mahasiswa Unhas mengandalkan jaringan internet untuk mengisi KRS yang telah terintegrasi dengan sistem Portal Akademik, kini mahasiswa seakan kembali ke era 90an.
“Sudah ma isi KRS seminggu sebelumnya tapi terhapus lagi dan ini disuruh harus mengisi dengan jaringan kampus, terus harus di malam hari,” jelas Hanifa kepada identitas beberapa waktu lalu.
Seminggu berselang, meskipun telah mengisi KRS menggunakan jaringan lokal, Hanifa tetap mendapat instruksi dari pihak fakultas untuk tetap mengisi KRS secara manual di bagian akdemik fakultas. Hal tersebut membuat minggu pertama perkuliahan 19 Agustus lalu kurang kondusif.
Sama dengan yang dirasakan Hanifa, Ervian sebagai Mahasiswa Kedokteran angkatan 2017 mengeluhkan pengisian KRS yang begitu ribet dan tidak fleksibel.
“Menurutku agak ribet dan merepotkan, seharusnya kita sudah masuk kuliah. Namun, karena masih belum selesai mengisi KRS kita terlambat kuliah,” keluhnya pada identitas, Jumat (23/8).
Selanjutnya, Mahasiswa Ilmu Sejarah, Rais ikut berkomentar. Ia menyatakan bahwa masalah ini sangat menghambat proses perkuliahannya. Terlebih, dia masuk Unhas melalui Jalur Non Subsidi (JNS) dengan UKT yang lebih mahal dari teman-temannya yang lain.
“Mahal kodong UKT-nya anak JNS, semoga tidak terulang kedua kalinya,” harap Rais.
Ternyata keluhan tersebut tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa tapi juga staf akademik Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) yang harus kerja ekstra melayani ratusan mahasiswa. Semisal Saode Ersy, admin sekaligus staf akademik. Ia menceritakan bahwa setelah masalah ini terjadi, mereka harus mencetak KRS dan menginput mata kuliah yang mahasiswa pilih satu persatu ke portal online.
“Tambah repot ki, awalnya tinggal suruh mahasiswa masukkan KRSnya ke map. Sekarang sudah harus menginputkan mereka,” tutur Saode.
Menyikapi hal tersebut, Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi (DSTI) Unhas, Dr Eng Muhammad Niswar ST MIT menjelaskan, keresahan yang dialami mahasiswa dan pegawai jurusan disebabkan hacker yang mencoba menerobos sistem keamanan server. Selain itu, jumlah mahasiswa yang mengakses portal akademik juga menjadi alasan server bisa terganggu.
“Sering ada hacker yang selalu mencoba masuk ke sistem, juga banyaknya mahasiswa yang mengakses, makanya portal akademik kita pindahkan ke jaringan lokal kampus,” ungkapnya.
Hingga saat ini, tim DSTI berusaha menggarap aplikasi portal baru. Hal tersebut disebabkan aplikasi yang sudah lama tidak ter-update. Disisi lain, mereka bukan pendiri dari aplikasi tersebut.
“Aplikasi portal akademik digunakan dari 2009, jadi teknologinya mau di update juga. Pengembangnya dulu di outsourching, ada juga dari jawa. Makanya kita tidak begitu tahu,” jelas Niswar.
Jauh sebelumnya, tim DSTI ternyata sudah berencana untuk melakukan pergantian sistem, tetapi Unhas belum merealisasikannya, sehingga terjadilah kejadian yang seharusnya dapat dihindari.
“Sebenarnya kita sudah sarankan, 2015 kita buat proposal permohonan agar server diupgrade, tapi saya tidak tahu kenapa sampai sekarang belum dieksekusi,” lanjut Niswar. Ia bersama timnya akan terus berusaha menyelesaikan masalah ini sebelum penginputan nilai semester ini.
Terkait portal yang di hack, Manager IT PT. Media Fajar Group, Syafaruddin mengatakan, tampilan portal yang berhasil ‘dimainkan’ oleh seorang hacker akan menjadi berbeda dari sebelumnya. Jika dikaitkan dengan semua nilai di portal akademik menjadi A beberapa waktu lalu, maka si hacker memang berhasil masuk ke dalam sistem database Unhas.
Lebih lanjut, lelaki yang juga pernah menjadi Direktur PT Fajar Techno System ini menyampaikan, setelah pengelola dalam hal ini DSTI menggunakan IP private maka server tidak mungkin bisa diakses dari luar jaringan kampus.
“Artinya, kalaupun portal itu di hack maka yang hack adalah orang yang berada di dalam jaringan kampus atau ada hacker yang sengaja datang ke kampus menggunakan jaringan tersebut dari dalam,” ucapnya, Jumat (30/08).
Alumni Teknik Elektro Unhas tahun 1999 ini menjelaskan bahwa ada kemungkinan portal akademik bermasalah pada sistem database, aplikasi atau server yang tidak bisa berfungsi baik ketika dilakukan penginputan data dalam jumlah banyak secara bersamaan.
“Meskipun databasenya bagus tapi jika pengelolaannya tidak bagus, maka sama saja,” katanya kepada identitas.
Safar menyarankan untuk memberdayakan orang lokal yakni staf atau alumni Unhas dengan kemampuan mumpuni sebagai web master atau ahli dalam mengelola web agar perawatan web nya menjadi lebih mudah.
Begitulah sekelumit cerita mengenai portal akademik yang eror beberapa minggu ini. Meskipun portal akademik berangsur membaik, tetapi semoga kejadian ini tak lagi terulang kembali.
San, M18/Tan