Jujur dalam komunikasi adalah kunci jalin kerja sama.
Prinsip yang dipegang Karmila Mokoginta, SS MHum MArts, membuatnya diangkat secara defenitif sebagai Ketua Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Hasanuddin, setelah setahun hanya sebatas penjabat.
Ditemui di ruang kerjanya, Mam Karmila –-sapaan akrabnya–, mengakui karirnya yang tergolong melejit itu, berkat kejujuran dalam komunikasi. Betapa tidak, awal kariernya di tahun 2013, hanya sebatas staf biasa yang belum terikat. Tetapi, di tahun 2014-2016, dia diangkat dan bergabung menjadi tim di KUI. Setahun kemudian (2017) diangkat sebagai sekretaris, yang selanjutnya di tahun 2018 dipercaya sebagai penjabat ketua. Kini, secara defenitif diangkat menjadi Ketua KUI periode 2019-2022.
“Banyak baca buku merupakan kunci untuk mengetahui segalanya dan mejadi bahan, ketika kita ingin berkomunikasi. Terlebih dalam forum sehingga kita punya bahan untuk pembicaraan dengan calon bicara kita. Karena kalau tidak membaca, kita tidak dapat informasi,” ungkap dosen Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas ini.
Hal menarik referensi bukunya, disebutkan bukan saja buku diktat, tapi dia senang membaca buku detektif, drama, dan cerita Islami. Selain itu, sering mengadakan pertemuan-pertemuan yang digunakan sebagai cara untuk mempertahankan hubungan dengan partner Unhas di luar negeri dan rajin mengikuti forum-forum diskusi.
“Pengalaman saya selama di Kantor Urusan Internasional, banyak melakukan pertemuan-pertemuan, menjalin kerja sama, jalin hubungan baik dengan partner-partner Unhas di luar negeri. Jadi, kami lakukan dengan menghadiri forum KUI, terutama di Kantor Urusan luar negeri se-Indonesia,” ungkap Karmila.
Disebutkan, melakukan kegiatan seperti pameran pendidikan di beberapa negara, sehingga dapat menjalin jaringan. “Kami juga menerima kunjungan dari berbagai pihak di Unhas ini, misalkan informasi untuk baesiswa, informasi kesempatan lanjut studi untuk mahasiswa dan dosen, termasuk kerja sama kesempatan penelitian,” imbuhnya.
Ditanya menyiasati waktu kesibukannya di KUI dengan statusnya sebagai dosen Sastra Inggris FIB Unhas, Karmila mengakui, membagi waktu merupakan tantangan yang memiliki kesulitan tersendiri. Banyak komitmen yang harus diemban, terlebih yang terkait dengan tugas dan tanggung jawab sebagai dosen dan kepala kantor urusan internasional.
“Yang penting adalah prioritas dari level paling tinggi hingga rendah. Karena tugas utama saya sebagai dosen, jadi harus menyesuaikan jadwal mengajar, mengikuti workshop, seminar, dan melakukan penelitian. Sedang tugas di Kantor Urusan Internasional, merupakan tugas tambahan yang juga harus diselesaikan,” terang Karmila.
Menurut Karmila, yang paling berkesan ketika berkomunikasi dengan partner di luar negeri terutama lewat email. “Karena kita kan berkomunikasi melalui bahasa Inggris, tetapi yang kita ajak berkomunikasi tidak semua dari Inggris. Walaupun saya berbahasa Inggris, tapi orang yang diajak berkomunikasi seperti dari negara Iran, Prancis, Jordan, dan lainnya,” ujarnya.
Sehingga, lanjut Karmila, meski dirinya mampu berbahasa Inggris dengan baik, tetapi bukan jaminan untuk berkomunikasi dengan baik, walaupun lawan bicara mereka juga berbahasa Inggris. “Hal ini terjadi karena budaya mereka atau budaya suatu bangsa dengan bangsa lainnya berbeda. Tapi, ini menjadi tantangan tersendiri yang harus dicari solusinya,” pungkasnya.
Karmila bilang, untuk hal-hal yang normatif yakni kemampuan komunikasi berbahasa Inggris karena ini merupakan urusan internasional. Bahkan lebih baik jika mampu menguasai berbagai bahasa. Harus siap pengetahuan tentang budaya dan kemampuan mengetahui lintas budaya.
“Dan yang penting adalah jujur dalam berkomunikasi, jangan sok tahu. Kemampuan untuk keluwesan dalam menjalin hubungan dan membangun jaringan. Harus fleksibel dalam berkomunikasi dan bergaul menyesuaikan berkomunikasi dengan lawan bicara,” ungkap Karmila.
Menurutnya, prinsip dalam berkomunikasi adalah saling jujur dengan lawan bicara. Jika tidak mengerti, harus mengatakan bahwa tidak mengerti, sehingga misscommucation dapat diminimalisasi, dan hubungan dapat terjalin dengan baik pula. Dan dalam menyampaikan juga harus dengan cara yang baik dan sopan, sehingga tidak menyinggung atau menyakiti perasaan lawan bicara.
Di mata teman-teman dan mahasiswanya, Karmila dikenal sangat disiplin dalam mengajar. Selain itu, diketahui aktif menulis, dan juga beberapa penelitian selama 5 tahun terakhir. Salah satu judul penelitiannya tentang; “The Use of English As The Language Of Instruction (A Case Study A Cross Culture Communication Class, English Department, Hasanuddin University). Artinya Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa instruksi (studi kasus di kelas komunikasi lintas budaya Sastra Inggris Unhas).
Badaria