Bermodalkan iseng dan keinginan mencoba hal baru, Arlita Reggiana Viola Huswan malah menjadikan hobi dan ketagihan. Buntutnya justru sebagai ladang peruntungan.
Arlita, begitu sapaan akrabnya, memang menghadapi babak baru dalam dunia perfilman. Mahasiswa Hubungan Internasional Unhas ini mengakui perjalanan kariernya sebagai seorang pemeran film diawali dari iseng-iseng mencoba hal baru. Tepatnya pada film “Uang Panai’ (2016).
Nyatanya, hal itu berbuah manis. Ia tercatat sebagai salah satu pemain dalam film tersebut. Memerankan sosok Hasna, baginya tidak terlalu banyak kesulitan yang dilalui. Meski demikian, gadis kelahiran 19 September 1997 ini menegaskan, dirinya masih penuh kekurangan dan belum mampu mencapai titik yang ia harapkan. “Saya masih banyak kekurangan dan masih perlu belajar terus,” ujarnya.
Tidak hanya itu saja, zona nyaman menjadi pembahasan empuk yang ia tegaskan. Menjadi seorang pemain film yang berhadapan langsung dengan banyak orang tentunya tidak akan mudah. “Yang jelas kita harus keluar dari zona nyaman. Saat kita berakting akan ada banyak orang yang akan melihat kita nantinya,” tambahnya.
Uang Panai’ Maha(R)L sendiri adalah film lokal Makassar yang disutradarai Asril Sani dan Halim Gani Safia. Film yang diproduseri Andi Syahwal Mattuju dan Amril Nuryan ini dibalut dengan drama-komedi dengan mengangkat problematika khas dalam budaya bugis-makassar, yaitu ‘uang panai’.
Sang dewi fortuna nampaknya berpihak pada putri dari pasangan Huswan Husain dan Peggy Sjahril, film yang dibintanginya tersebut sukses meraup perhatian penonton sebanyak 300.000 dari pertama kali penayangannya pada tanggal 25 Agustus 2016 lalu. Mendapatkan delapan belas layar di bioskop-bioskop yang ada di Makassar dan Palu. Film ini kemudian digadang-gadang menjadi gebrakan dan tanda kebangkitan bagi film-film lokal yang menjadikan kebudayaan sebagai latar belakang dari cerita yang diangkat.
Diawali dari casting film “Uang Panai”, karier anak kedua dari empat bersaudara ini menanjak sedikit demi sedikit. Ia kembali bermain pada film “Molulo” (2017). Kali ini, tantangan yang dihadapinya kian meningkat. Memerankan sosok Ros, gadis Kendari yang diceritakan tidak mudah untuk didekati seorang pria nyatanya memaksa Arlita untuk berakting menggunakan dialek dan Bahasa Tolaki.
Momen shooting film “Molulo” sangatlah seru. “Pada film tersebut saya diharuskan berdialog menggunakan dialek dan Bahasa Tolaki. Waktu itu saya mempelajarinya selama seminggu sebelum shooting dimulai,” kenang mahasiswa angkatan 2016 ini dengan sumringah.
Tidak hanya itu saja, Arlita bahkan diharuskan menguasai Tarian Molulo, tarian khas Kendari yang acapkali ditampilkan ketika pesta berlangsung. Prosesi mempelajari tarian tersebut tentu bukan tanpa sebab. Dalam film “Molulo” diceritakan, bahwa Tiar (Andi Arsyil Rahman), seorang pria Makassar yang memilih untuk kabur bersama Dodi (Dodi Mahuze) untuk menghindari perjodohan yang ditujukan padanya.
Peristiwa tersebut mengantarkan Tiar dengan Ros, sosok yang diperankan Arlita. Dalam perjalanan merebut hati Ros yang piawai menari, Tiar terpaksa mempelajari tarian khas Kendari tersebut. “Hal lucu lainnya ketika saya diharuskan menguasai Tarian Molulo. Mengingat Tarian Molulo merupakan bagian dari scene film yang tidak bisa dipisahkan, tentu saya harus mempelajari sebelumnya.”
Film “Molulo” itu mengambil lokasi syuting di tiga provinsi, Sulawesi Tenggara, Selatan, dan Tengah. “Saya tertarik bergabung dalam pembuatan film ini supaya bisa menambah pengalaman memerankan karakter baru dari daerah lain,” terang gadis berambut panjang ini.
Pun melalui syuting, perempuan berzodiak Virgo ini mampu memperluas jaringan relasinya dengan banyak orang. Terlebih ketika break shooting, kisah lucu antarpemain sungguh tidak bisa terelakkan.
Berbicara tentang manajemen waktu, Arlita secara pribadi mengungkapkan kegundahannya. Pembagian waktu menjadi halangan yang susah dihadapinya, terutama waktu antara kuliah dan syuting film. Mengingat dirinya saat ini menempuh pendidikan S1 di Universitas Muslim Indonesia dan Universitas Hasanuddin Makassar.
“Sudah pasti sangat sulit untuk membagi waktu. Alasan yang membuat saya bertahan sampai sekarang ialah menjadikan film ini sebagai hobi saya. Hobi berbayar itu sangat luar biasa,” pungkas Arlita.
Nadhira Sidiki