“Melihat kapasitas sampah di Unhas yang sangat banyak, harusnya memang ada daur ulang,“ ungkap Kepala Rumah Tangga Unhas, Morex Rein.
Besarnya potensi pemanfaatan sampah di Universitas Hasanuddin, terutama plastik dan kertas, memang mengharuskan adanya daur ulang sampah. Bahkan, menurut Kepala Rumah Tangga Unhas, Morex Rein SE, tumpukan sampah di sejumlah titik di Unhas harus ditangani saat ini oleh ratusan cleaning service.
“Bayangkan kalau sampah ditangani cleaning service sejumlah itu, artinya sampah memang sudah menumpuk dan semuanya itu berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang. Jadi kapasitas sampah yang begitu banyak, seharusnya memang sudah ada tempat daur ulang sampah,” ungkap Morex saat ditemu di rungannya, Senin (20/1).
Ia menyebutkan, produksi sampah di Unhas sekira 30 kubik perhari yang terkumpul dalam lima kontainer. “Bandingkan satu kontainer sama dengan lima hingga enam kubik. Sampah ini hampir semuanya dibawa ke TPA Antang, terkecuali sebagian kecil yang merupakan sampah daun kering, itu dibawa ke taman-taman sebagai pupuk kompos,” ungkapnya.
Dari sejumah sampah yang dihasilkan Unhas, mayoritas sampah plastik dan kertas, selebihnya adalah sampah daun dan limbah medis yang berasal dari laboratorium di sejumlah fakultas. Beda halnya dengan limbah non-medis seperti kertas dan palstik yang diangkut ke TPA, limbah yang berasal dari laboratorium diangkut ke TPS yang berada di belakang Rumah Sakit Pendidikan Unhas. Hal ini dikarenakan limbah medis membutuhkan penanganan khusus.
Menurut Morex, sebenarnya pernah ada daur ulang sampah di Unhas yakni di Fakultas Pertanian. “Kalau saya tidak salah, itu sekira dua atau empat tahun lalu. Tapi, saya tidak tahu apa masih eksis hingga sekarang. Masalahnya, pengelolaannya itu bukan kewenangan Bagian Rumah Tangga, melainkan dikelola sendiri oleh Fakultas Pertanian,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, mengenai penanganan sampah di Unhas memang sudah dapat imbauan dari pemerintah kota Makassar. “Dari pemerintah Kota Makassar, Unhas memang diimbau untuk menata taman, terutama kebersihan, karena Unhas termasuk bagian penilaian dalam rangka penganugerahan Piala Adipura,” bebernya.
Terkait aturan pelarangan sampah plastik di lingkungan kantin, Morex mengatakan pengelola kantin sering diimbau oleh pimpinan dalam hal pengelolaan sampahnya. ”Kami sudah ada edaran untuk mereka terkait hal itu. Artinya bukan hanya sampah plastik saja, tetapi sampah secara umum. Apalagi sampah plastik kan susah terurai,” terangnya.
Maraknya penggunaan tumbler di kalangan sivitas akademika Unhas merupakan salah satu bentuk kesadaran untuk mengurangi penggunaan sampah plastik, utamanya botol minuman sekali pakai. Morex menjelaskan, terkait penggunaan tumbler untuk meminimalisasi pemakaian botol pastik sekali pakai, sudah ada imbauan dari pimpinan. Hanya saja, tidak semua mengindahkan imbauan itu. “Kami berharap, ke depan ini ada regulasi terkait penggunaan botol/plastik sekali pakai,” harapnya.
Meskipun Kepala Rumah Tangga sudah membeberkan tentang penanganan sampah, namun masih ada sejumlah pihak yang mengeluhkan penanganan sampah tersebut, terutama dari kalangan mahasiswa. Rahmatullah misalnya. Mahasiswa angkatan 2015 ini menyoroti kinerja pengelola masalah. “Kita tahu dan kita lihat banyak cleaning service, tapi nyatanya masih saja ada kita temukan sampah berserakan, bahkan tidak ditau dibawa ke mana sampah itu,” keluhnya.
Berbeda dengan Sandra Dewi. Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) ini, justru menyoroti keberadaan limbah plastik yang kurang dimanfaatkan. Menurutnya, kebanyakan sampah plastik justru dipungut oleh pemulung, untuk kemudian dijual. Padahal Unhas dapat memanfaatkannya menjadi home industry, ataupun sejumlah kerajinan tangan lainnya. “Seharusnya Unhas dapat mengelola sampah plastik secara maksimal seperti melakukan daur ulang atau dikelola menjadi sesutu yang bernilai ekonomi,” ujarnya.
Hal itu turut dibenarkan oleh sejumlah cleaning service. Rosdianti misalnya. Pegawai kebersihan yang bertugas di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini seringkali mendapati pemulung tengah memungut sampah plastik dari tong sampah yang berada di FEB. “Biasanya ada pemulung yang ambil kalau sampah plastik dan botol minuman, makanya di sini itu jarang dibuang sampah plastik, karena ada yang pungut,” ujarnya.
Tim Laput