Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin (Unhas) punya aturan baru sejak beberapa bulan ini. Setiap mahasiswa diwajibkan punya sertifikat TOEFL minimal 450 sebelum mengajukan ujian akhir studi atau ujian apoteker.
Berlakunya syarat ini, membuat jalan untuk meraih gelar apoteker tidak mudah. Muh Aldila Satria, mahasiswa profesi apoteker angkatan 2017 mengatakan jika untuk mencapai TOEFL 450 ia harus mengulang-ulang ikut ujian tes untuk mencapai target itu.
“Saya sudah dua kali ikut tes Toefl dan tidak lulus tapi nyaris mencapai target. Hanya beda satu soal saja saat kali kedua tes. Bahkan ada mahasiswa yang saya kenal mengulang sampai lima kali, namun belum juga mencapai skor 450,” keluhnya saat berbincang dengan Identitas via Whatsapp.
Kendati harus berulang-ulang mengikuti tes TOEFL, Aldila mengakui jika aturan ini sebenarnya tujuannya baik. Dengan kemampuan berbahasa Inggris yang baik, mahasiswa dimudahkan untuk memahami rujukan-rujukan pustaka yang banyak menggunakan bahasa Inggris.
“Saat ini Apoteker tak hanya dituntut untuk kompeten dan profesional di bidangnya, namun juga dituntut agar bisa berbahasa Inggris. Apalagi sekarang ini beberapa rujukan pustaka yang kami pelajari itu hampir sebagian besar adalah textbook/ jurnal yang berbahasa Inggris. Jadi mau tidak mau, ya kita harus bisa berbahasa Inggris,” terangnya.
Dalam kesempatatan itu Aldila juga meminta agar hasil tes TOEFL di Pusat Bahasa Unhas tidak hanya berupa selembaran nama-nama daftar saja, tapi juga berupa sertifikat. Supaya hasil tes TOEFL ini bisa juga digunakan untuk kepentingan lain.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Alumni Profesi Apoteker Unhas 2017 yang tak ingin disebutakn namanya, mengenai pentingnya tes TOEFL sebelum mengajukan ujian apoteker. Namun diakuinya pula jika munculnya keluhan lantaran terkadang mahasiswa tak bisa membagi waktu antara belajar Bahasa Inggris dengan jadwal kuliah yang padat.
“Sebenarnya sih bagus karena dunia kerja kedepannya penting untuk tahu bahasa Inggris juga. Tapi mungkin yang jadi masalahnya karena susahnya belajar bahasa Inggris karena padatnya jadwal kuliah, praktiknya juga padat. Jadi mungkin di situ masalahnya,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Dekan I Farmasi Unhas, Subehan Ssi M Pharm Sc Phd menerangkan alasan pemberlakukan aturan ini karena Fakultas Farmasi mengejak akreditasi dan peningkatan kualitan mutu keluaran.
“Kenapa hingga batasnya 450? Itu karena kami ingin memiliki kualitas. Ini juga merupakan target untuk akreditasi, peningkatan kualitas. Kami tidak ingin kasi keluar alumni ecek-ecek, apalagi persaingan bebas sekarang. Bagaimana kita mau jadi world class university kalau ada aturan begini baru dihilangkan,” ujarnya.
Lebih lanjut Subehan mengatakan, kebijakan tersebut telah menjadi syarat wajib dan telah disepakati oleh calon pendaftar mahasiswa Profesi Apoteker yang ditandatangani saat resmi berstatus mahasiswa baru.
“Kan di awal sudah jelas persyaratan masuk minimal 450 untuk menjadi apoteker dan ada surat perjanjian yang ditandatangani,” jelasnya.
Menurutnya, penyebab mahasiswa selalu mengulang tes TOEFL karena mahasiswa kurang update belajar mengerjakan soal yang ada. Tak hanya itu, mahasiswa juga hanya mau langsung pergi tes TOEFL tanpa persiapan yang matang.
“Memang nilai Toefl merupakan persyaratan akhir, seharusnya mahasiswa harus berfikir bagaimana cara mengupgrade dirinya sendiri,” terangnya.
Reporter: Andi Ningsi