Memasuki tahun 2020, tak ada salahnya kita memanjakan diri untuk menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta. Salah satu kegiatan favorit keluarga yang bisa kita lakukan adalah nonton bareng. Bercerita tentang nonton bersama, sebuah film bergenre keluarga patut untuk dicoba. Film tersebut berjudul “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”.
Film yang terinspirasi dari novel karya Marcella FP ini rupanya telah digadang-gadang oleh para fansnya. Disutradarai oleh Dimas Dwi Sasongko, film tersebut berhasil menyita perhatian publik. Berkisah tentang sebuah keluarga kecil dan sederhana.
Diawali dengan narasi sosok ayah muda yang diperankan oleh Oka Antara dan ibu muda oleh Niken Anjani, tengah menantikan kelahiran anak ketiganya. Didampingi oleh anak pertamanya, Angkasa kecil yang diperankan oleh Muhammad Adhiyat. Dan anak kedua mereka Aurora kecil yang diperankan oleh Syaqilla.
Dilanjutkan dengan adegan maju di mana Angkasa, Aurora dan Awan sudah berada di sekolah dasar. Tanpa sadar, Awan kecil yang diperankan oleh Alleyra tertabrak sebuah motor yang melintas sepulang sekolah. Hal ini yang juga merupakan mimpi buruk bagi Angkasa, Aurora, dan ibu mereka.
Kemudian, kilas balik sesaat setelah Ibu melahirkan Awan. Terlihat scene di mana Angkasa sedang berbicara dengan Ayah. Ayah membuat Angkasa berjanji untuk selalu menjaga adik-adiknya. Angkasa kecil yang saat itu masih berusia sekitar 6 tahun tidak mengerti akan apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Di sanalah konflik awal muncul. Angkasa kecil yang saat itu belum mengerti apapun dipaksa untuk menyimpan rahasia besar yang tidak diketahui siapapun bahkan olehnya sendiri.
Cerita kembali melompat, di mana Angkasa dewasa yang diperankan oleh Rio Dewantoro, Aurora dewasa diperankan oleh Sheilla Dara, serta Awan dewasa yang diperankan oleh Rachel Aurora Amanda.
Angkasa dewasa bekerja di suatu perusahaan event organizer, sedangkan Aurora dewasa fokus dengan dunia seninya di studio kecil di belakang rumah mereka. Lain halnya dengan Awan dewasa. Ia kini magang di sebuah perusahaan arsitektur. Awan termotivasi oleh sosok arsitek terkenal Anton yang diperankan oleh Chiko Jericho.
Konflik Awan muncul pertama kali ketika ia mengetahui bahwa dirinya kembali bekerja di bawah naungan Anton. Ternyata hal ini disebabkan semata-mata oleh permintaan Ayahnya, yang belakangan mengetahui bahwa Awan baru saja dipecat. Awan melampiaskan semua amarahnya di rumah. Perang dingin di keluarga pun mulai tercipta.
Lain halnya dengan Aurora, konfliknya sendiri telah muncul sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Aurora sangat mencintai ayahnya, namun di sisi lain juga mulai merasakan bahwa ayahnya mungkin lebih menyayangi Awan yang merupakan anak bungsu. Sejak saat peristiwa Aurora tenggelam di kolam renang, hubungannya dengan ayah kian merenggang.
Pertemuan Awan dengan sosok Kale yang diperankan oleh Ardhito Pramono sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Kale merupakan Manager Band Arah yang kebetulan sangat disukai Awan, membuat perkenalan mereka menjadi lebih mudah akrab. Sosok Kale yang easy going dengan mudahnya membuat Awan jatuh hati.
Perubahan sifat Awan yang terkesan bebas setelah mengenal Kale mengakibatkan kemarahan besar ayahnya. Puncak kemarahan ayah terjadi ketika Awan terlambat menghadiri acara pameran seni Aurora. Sontak hal tersebut membuat Ayahnya naik pitam, sehingga keributan tak dapat dihindarkan.
Konflik demi konflik yang terjadi di dalam film ini sungguh membuat para penggemarnya dipenuhi dengan emosi yang meletup-letup. Disajikan dalam nuansa kekeluargaan kental yang sempurna membuat siapa pun tak menyangka terdapat problem sengit di dalamnya.
Dwi Sasongko sendiri mengemasnya dengan apik dari latar suasana yang ditampilkan hingga lagu-lagu khas band indie yang sedang tren dikalangan remaja saat ini sebagai suatu ‘sihir’ yang menghipnotias para penonton.
Dengan ending yang mengharukan, membongkar sisi lain dari sosok ayah yang membuat para penonton dipenuhi rasa haru. Bahkan saya pun saat itu dipenuhi oleh rasa yang akan sulit saya gambarkan. Selamat menonton.
Data Film
Sutradara:
Angga Dwimas Sasongko
Produser:
Anggia Kharisma
Sinematografi:
Yadi Sugandi
Penyunting:
Hendra Adhi Susanto
Durasi: 121 menit
Isabella Annelise