Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Hasanuddin (BEM Unhas), mengadakan kelas online yang merupakan bagian Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Lanjut (LKMM-TL) tahun 2020, melalui platform Zoom Meeting, Minggu (26/07).
Kegiatan bertema Globalisasi dan Indonesia Pasca Pandemi tersebut, menghadirkan Senior Researcher At ASIAN Scenarios, Dr Asmiati Abdul Malik SIP SKom MA PhD sebagai pemateri.
Saat membawakan materi, Asmi mengatakan negara maju lebih besar terdampak Covid-19, dibandingkan negara berkembang. Seperti Inggris yang terkoreksi minus 15,14%, dan Indonesia yang hanya terkoreksi minus 3,1%.
Bila melihat struktur kata Asmi, negara yang berdasarkan pada jasa seperti Singapura, Korea Selatan, dan Jepang, biasanya akan terdampak lebih besar karena perekonomiannya begitu terintegrasi pasar global. Maka wajar bila negara yang perekonomiannya berdasar pada jasa dan manufaktur mengalami resesi, karena perekonomian mereka ditopang ekspor, beda dengan Indonesia yang perekonomiannya ditopang konsumsi rumah tangga.
Menurut data World Bank, kemungkinan besar pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di nol persen. “Jadi bila berbicara pertumbuhan ekonomi nol persen, berarti tidak ada pergerakan ekonomi yang terjadi secara signifikan,” ujarnya.
Penyebab nol persen perekonomian Indonesia disebutnya karena faktor adanya PSBB. Meskipun hanya diberlakukan di beberapa wilayah salah satunya di Jakarta, namun faktanya Pulau Jawa menguasai konsentrasi sumber dari pergerakan ekonomi. Jika dibandingkan China, persebaran ekonomi disetiap wilayah negaranya merata. Begitupun Inggris dan Amerika yang rata-rata kondisi perekonomiannya merata antar wilayah.
“Maka ketika Jawa mengalami konstraksi atau penutupan sumber ekonomi, otomatis akan mempengaruhi konstruksi ekonomi kita secara nasional,” terang Asmiati.
Lebih jauh, alumni Jurusan Hubungan Internasional Unhas ini membahas aktivitas ekonomi di Indonesia yang dinilainya tidak terlalu dipengaruhi faktor luar. Faktor luar yang dimaksud seperti perdagangan internasional. Sektor ekspor Indonesia didominasi barang-barang komoditas, dan barang-barang komoditas ini memiliki nilai ekonomi rendah.
“Ini yang menyebabkan meskipun terjadi pandemi Covid-19 dan terjadi krisis di luar negeri, konsumsi atau roda ekonomi di Indonesia masih tetap berjalan karena didukung konsumsi rumah tangga. Tidak separah dengan negara-negara maju,” jelasnya.
Namun jika melihat proyeksi di tahun 2021, World Bank memprediksi perekonomian Indonesia di tahun 2021 akan kembali berfungsi secara perlahan. Dan kondisi ini dapat tercapai jika perekonomian tersebut dibuka.
M121