Berkolaborasi dengan Fakultas Hukum (FH) Universitas Pancasila dan Asosiasi Profesor Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas mengadakan Bedah Buku dan Diskusi Publik. Kegiatan itu bertemakan “Dinamika Diplomasi Indonesia dalam Perspektif Hukum dan Hubungan Internasional”, Rabu (24/3).
Diskusi tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh penting. Salah satunya Direktur Jenderal Amerika Eropa Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, I Gede Ngurah Swajaya sebagai keynote speech.
Mengawali sesi, Swajaya menyampaikan pendapat terkait buku Diplomat Kesasar karya Prof Dr Eddy Pratomo SH MA yang dibedahnya. Terdapat tiga hal penting dalam buku Diplomat Kesasar.
Pertama, penulis menggambarkan Kota New York sebagai American Dream. Berangkat dari itu, penulis mencoba menguraikan tentang Indonesia Dream.
“Semua cita-cita pasti akan tercapai jika kita memiliki tekad dan komitmen yang kuat, serta belajar rajin,” ujar Swajaya.
Lebih lanjut, terdapat urgensi untuk tidak membiasakan budaya instan. Kata-kata kesasar dalam buku tersebut bahkan memiliki makna luar biasa, yakni banyak jalan menuju apa yang diinginkan.
“Banyak jalan mencapai cita-cita. Poin terpenting adalah menanamkan dalam diri untuk menjadi sosok berkontribusi dan bermanfaat bagi bangsa dan negara,” tutur Swajaya.
Ia menambahkan, hal penting kedua yang dipelajari ialah perjalanan karier dari penulis. Pentingnya meninggalkan kesan dan legacy yang positif, baik di dalam berdiplomasi, pendidikan, maupun masyarakat.
“Prof Eddy berkontribusi dalam meluruskan praktik-praktik perjanjian internasional. Selain itu, beliau juga membuat literatur bagi dunia pendidikan,” ungkap Swajaya.
Di akhir pemaparan, Swajaya menjelaskan hal penting ketiga yang tidak kalah penting. Poin itu menegaskan, semua proses tidak terjadi begitu saja.
Sebagai diplomat yang selalu dihadapkan dinamika ketika berunding, posisi itu sifatnya sangat dinamis dan perkembangannya harus menyesuaikan. Apa yang dilakukan tidak hanya membangun hubungan bilateral, tetapi lebih dari itu.
“Untuk para mahasiswa, jangan pernah berhenti mencoba menuangkan apapun yang dialami. Bukan untuk sanggahan, melainkan sumbangsih. Mari kita menulis, mencurahkan hingga menghasilkan pandangan-pandangan yang berbobot,” tutup Swajaya.
M203