Namaku Ainun, tapi lebih suka dipanggil Ai. Menulis ini, usiaku telah 21 tahun. Usia yang cukup untuk menceritakan beberapa perjalanan singkat tentang apa yang telah dicapai hingga hari ini.
Namun, akan ku perkenalkan diriku terlebih dahulu sebagai seorang pemalas. Kalimat yang selalu tercipta ketika orang lain memintaku untuk produktif ialah ‘rebahan for life‘ atau ‘kenapa harus aku, jika orang lain bisa?’.
Kemudian, di suatu malam aku berkumpul dengan teman-teman SMA-ku. Satu-satunya circle pertemananku yang tak habis-habisnya memikirkan masa depan. Salah satunya, pertanyaan teman untuk dirinya sendiri yang ku pikir itu memotivasinya untuk mengejar masa depan. “Apa yang telah ku capai hingga usia 20 tahun?” ucapnya, sebut saja namanya Evy.
Aku cukup terdiam beberapa saat. Tertampar dengan pertanyaan yang bahkan bukan ditujukan untukku. Yahh, kemudian itu juga memotivasiku untuk mencapai sesuatu yang dekat dengan ku saat ini. Di Kampus Merah, Universitas Hasanuddin aku mengawali karier organisasi sebagai fotografer Penerbitan Kampus identitas Unhas menjadi cerita menarik tersendiri.
By the way, aku menyukai fotografi sejak SMA. Entahlah, apa hanya diriku atau kalian juga sama. Aku memperhatikan setiap detail pengambilan gambar dari sebuah film yang ku tonton, senang melihat gambar keren melalui media sosial, juga senang menilai gambar yang diabadikan orang lain. Kurang lebih seperti itulah yang ku sebut suka dengan fotografi.
Hal yang paling ku ingat dalam catatan perjalanan fotografer ku, pada Oktober 2020 lalu dalam aksi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa dari seluruh kampus di Indonesia, terkhusus Makassar. Aku turun sebagai fotografer jurnalis identitas. Aku menganggap hal itu suatu kebanggaan. Berkuliah online sambil meliput aksi adalah suatu hal baru yang ku temukan.
Meski sedikit ada rasa kekhawatiran. Khawatir dengan adanya kericuhan dan berakhir fatal pada diri sendiri. Tak bisa dipungkiri hal itu terjadi, beberapa orang saling mendorong dan mundur beberapa langkah. Namun, dorongan kata seorang senior yang seharusnya kita tidak mundur membuatku merasa tertantang untuk mengambil gambar lebih dekat tentang kericuhan yang baru saja terjadi.
Take by take. Lebih dari 100 gambar telah masuk dalam kamera tua yang ku gunakan saat itu. Diantaranya saat mahasiswa meneriakkan orasi, memegang slogan, juga saat mahasiswa Unhas dan mahasiwa kampus lain berdiskusi, serta masih banyak lagi.
Tak hanya itu, aku juga pernah ke daerah Sudiang untuk mengambil gambar seorang Dosen Luar Biasa Unhas, Almarhum Nasruddin Razak. Sempat mengeluh dengan jarak dari rumahku yang tidak bisa dikatakan dekat. Namun, sesampaiku di kediamannya dan melihat langsung dirinya yang sudah tua membuatku kagum akan sosoknya yang masih mampu mengajar di usia 84 tahun kala itu.
“Menulis itu abadi,” katanya kepadaku. Satu lagi kalimat yang kembali memotivasi ku untuk aktif menulis, meski di identitas adalah menulis jurnalistik.
Membaca semuanya seperti berjalan dengan lancar. Namun dibalik semua itu, tentu saja ada kerja keras, lelah, tangis, bahkan konflik dengan batin sendiri.
Ku ceritakan sedikit bagian tangis itu, pernah suatu waktu dihadapkan dengan deadline naskah, praktikum, dan setumpuk tugas dari dosen. Menangis bukan karena sedih, tapi lelah. Namun itu hanya berlangsung beberapa saat, entah dari mana asalnya ucapan salah satu senior tiba-tiba terdengar ditengah isakanku, “Kita pernah merasakan hal yang sama,”. Lalu, ku hapus air mata itu dan kembali mengerjakan satu per satu dengan tenang.
Dari sini ku sadari, untuk mencapai apa yang kita inginkan bukan hanya tentang manajemen waktu tapi juga manajemen emosi.
Mengulang kembali pertanyaan temanku pada diri sendiri, “Apa yang telah ku capai hingga usia 20 tahun?,” dengan tersenyum aku mengingat beberapa tulisan yang telah tercipta, beberapa foto yang telah terbit dengan credit photo namaku, juga beberapa wawancara dengan orang hebat. Semuanya seakan menjawab lelahku selama ini.
Bangga? jelas. Untuk pertama kalinya aku keluar dari zona nyamanku. Melanggar kalimat yang selalu memotivasiku untuk bermalas-malasan. Bertemu orang-orang hebat, dan mengenal banyak teman dari jurusan lain.
Saat ini, kalimat yang ku tanamkan pada diri sendiri adalah untuk tidak selalu puas dengan apa yang telah ku capai hingga hari ini agar memotivasi ku untuk tetap berkarya dikemudian hari.
Penulis Nur Ainun Afiah
Mahasiswa Fakultas Peternakan Unhas angkatan 2019
Sekaligus Fotografer PK identitas Unhas