Sekitar pukul 22.00 Wita, Sabtu (2/10) di depan ruang senat mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) berlangsung mediasi antara Keluarga Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan (Kemajik) dan Keluarga Mahasiswa Perikanan (Kemapi). Mediasi ini merupakan langkah penanganan atas perseteruan yang terjadi sejak Jumat (1/10).
Kejadian ini dibenarkan Ketua Senat FIKP Rahmat, jika mediasi ini dilakukan untuk menghindari konflik berkepanjangan diantara kedua himpunan mahasiswa FIKP.
“Saya menginisiasi mediasi untuk menghindari konflik dan mengantar teman-teman perikanan bertemu dengan kelautan untuk meminta maaf,” ujar Rahmat saat ditemui, Senin (4/10).
Menurut Rahmat, kejadian bermula dari hal sepele, senior perikanan angkatan 2018 menegur junior dari kelautan angkatan 2020 yang lewat depan sekret perikanan.
Kejadian ini pun membuat kedua pihak bersitegang lantaran setelah dimediasi didapat dua argumen yang berbeda. “Ada yang bilang ditegur dengan sapaan adik saja, ada yang bilang dari kelautan ‘kenapa ki lewat-lewat’, seolah-olah katanya dilarang,” kilasnya.
Mediasi yang tak kunjung menemui titik terang akhirnya memanas hingga terjadi kekacauan. “Perseteruan yang sensitif dan secara kultural memang ada masalah yang tidak bisa dilupakan antara perikanan dan kelautan,” ungkap Rahmat.
Pada akhirnya, mediasi malam itu gagal dan terjadi konflik baru bahkan sampai saling lempar batu dan menyebabkan kerusakan kaca di gedung FIKP.
Hingga sejam kemudian, pihak satpam dan kepolisian datang mengamankan situasi. “Untuk sementara, fakultas disterilkan dari kegiatan kelembagaan,” tutur Rahmat.
Kasus ini sudah diserahkan kepada dekanat FIKP. Hal ini dibenarkan Presidium Sidang Kemajik Muhammad Amin bahwa perseteruan ini sementara ditangani Wakil Dekan 3.
Ia juga mengungkapkan kronologi kejadiannya. “Awalnya kita rombongan jalan lewat di depan sekret perikanan. Nah, setelah itu teman ku yang sama dua orang lewat lagi baru ditegur sama anak perikanan bilang ‘kenapakah lewat sini terus’. Terus temanku balas ‘kenapa kah? Kan jalur umum jadi terserah mau lewat mana’,” jelas Albas, sapaan akrabnya.
Albas menambahkan mahasiswa kelautan meminta perikanan datang untuk meminta maaf dan mengakui adanya teguran tersebut. “Tapi pernyaatan mereka beda dari cerita mahasiswa kelautan. Jadi ini ada dua versi,” kata Amin.
Dilansir dari situs identitasonline.com, konflik ini bukan yang pertama, tahun 2019 juga pernah terjadi bentrok serupa di FIKP yang melibatkan Kemajik dan Kemapi. Rahmat pun sempat menuturkan sambil bercanda, “Perseteruannya sama, tapi ada varian yang berbeda.”
kgn