Selain mengajar dan mengabdi, tugas utama dosen adalah meneliti. Produktifitas dosen dinilai dari jumlah publikasi yang diterbitkan. Salah satu bentuk penghargaan bagi produktifitas dosen tertuang dalam Top 2 percent World Ranking Scientists yang dipublikasikan oleh Stanford University.
Daftar ini merupakan matriks penilaian berdasarkan pada basis data lebih dari 100 ribu peneliti saintis terbaik. Basis data ini memuat informasi terstandar tentang sitasi, h-indeks, hm-indeks yang disesuaikan dengan penulisan bersama, serta indikator gabungan. Hasil pemeringkatan ini disampaikan lewat publikasi ilmiah berjudul Data for Updated Science-Wide Author Databases of Standardized Citation Indicators, Rabu (20/10).
Salah satu Dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Hasanuddin, Prof Dr drg Muhammad Harun Achmad Sp KGA MSc K KKA, masuk dalam daftar tersebut sebagai ilmuwan paling berpengaruh di dunia berdasarkan pemeringkatan dari Prof John Ioannidis bersama Jeroen Baas dan Kevin Boyack dari Standford University dan Elsevier BV.
Harun merupakan satu-satunya dosen peneliti Unhas yang masuk dalam daftar Top 2 percent World Rangking Scientist, dan satu-satunya ilmuwan yang memiliki latar belakang sebagai dokter gigi dalam daftar itu.
Ia mengungkapkan tidak pernah menyangka mendapatkan penghargaan ini, “Selama ini saya hanya staf di unhas yang mengerjakan tugas sebagai dosen yaitu, melaksanakan pedidikan, penelitian dan pengabdian,” ujarnya saat diwawancara Rabu (1/12).
Harun juga menyampaikan bahwa hal yang memotivasi dirinya menjadi penulis dan peneliti adalah profesinya sendiri. Ia menambahkan, seorang dosen otomatis harus menerapkan pola pikir akademisi dengan fokus pada pekerjaan utama yaitu mengajar, meniliti, dan mengabdi. “Itulah kemudian yang mendorong saya meneliti dan menulis jurnal,” ungkapnya.
Pria kelahiran Maros tersebut mulai meneliti dan menulis sejak 2016. Harun telah menerbitkan 133 jurnal di Science and Technology Index (Sinta). Termasuk H-indeks scopus 13 dan H-indeks GS 17. Hal inilah yang mengantarkannya masuk daftar peneliti berpengaruh dunia.
Guru besar FKG Unhas ini sudah banyak terlibat aktif dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan beberapa fokus penelitian menyangkut biologi, kanker rongga mulut, penggunaan obat herbal penghambat kuman dalam rongga mulut, kesehatan gigi anak, yang sebagian besar menyangkut kesehatan.
Harun merupakan profesor muda yang telah dinobatkan sebagai periset unggul Unhas pada 2019 lalu. Sudah banyak penghargaan yang diraih, salah satunya terpilih sebagai reviewer nasional. Selain itu, ia banyak menghasilkan karya diantaranya 10 buku yang berisikan tulisan ilmiah.
Dalam melakukan penelitian tetunya ia banyak berkolaborasi. Seperti proyeknya bertajuk “Diagnostik kontraksi Otot Orofasial Dentosmart EMG” yang bekerjasama dengan dosen Teknik Informatika dan Teknik Elektro Unhas.
Alat ini digunakan untuk mendeteksi kekuatan kontraksi otot orofasial untuk mencegah pertumbuhan gigi yang tidak beraturan, disebut juga maloklusi pada anak di masa tumbuh kembang hingga anak berumur belasan tahun. Dengan alat ini, kemungkinan gigi tonggos pada anak bisa dideteksi. Kemudian hal tersebut dapat dicegah dengan memperbaiki otot gigi sedini mungkin.
Pria kelahiran 1971 itu mengungkapkan bahwa di Indonesia belum ada alat yang dapat mengetahui kontraksi otot di wajah dan dapat mengidentifikasi masalah otot wajah. Awalnya ia ke Jepang untuk membeli alat dengan fungsi serupa, ternyata pihak Jepang tidak mau alatnya dibawa ke Indonesia. “Karena tidak mendapatkan alat di luar negeri, saya tertarik untuk membuat alat sendiri,” jelasnya.
Diakhir kesempatan, Harun menuturkan harapannya agar Unhas kedepan membuat kebijakan yang memberi dukungan besar kepada peneliti. Ia juga mengajak dosen Unhas untuk tetap melaksanakan tugasnya sebagai dosen yaitu meneliti dan mengabdi.
Selain itu, alumnus S1 Unhas tersebut menegaskan, menulis dan juga mempengaruhi akreditas dan kualitas kampus. “Kita kalah dengan kampus luar karena kurang berproses, kita harus bisa bersinergi untuk bersaing dengan kampus lain. Semoga kedepannya teman-teman dosen lebih fokus bekerja semaksimal mungkin,” tutupnya.
Nur Alya Azzahra