Lingkungan kerja terdiri dari berbagai generasi yang menciptakan keberagaman pola pikir dan karakteristik. Generasi-generasi yang mengisi tempat kerja diantaranya generasi baby boomer, generasi Y, generasi milenial, serta generasi terakhir adalah Generasi Z. Dalam pengelolaan perusahaan atau organisasi kerja lainnya, hal ini menjadi tantangan dalam mengelola keberagaman tersebut demi tujuan organisasi.
Setiap generasi memiliki karakteristik, nilai, dan harapan yang berbeda dalam lingkungan kerjanya. Hal inilah yang lantas membentuk perbedaan dalam memilih pekerjaan di setiap generasinya, begitu pula dengan Generasi Z.
Gen Z adalah generasi muda yang lahir di kisaran tahun 1997-2012 dan masih memiliki kesempatan untuk berkarir lebih jauh. Mereka memiliki energi yang mendukung akan hal tersebut. Terlebih lagi gen Z ini merupakan generasi yang peka akan perkembangan teknologi yang kebutuhannya banyak saat ini.
Tak heran jika pengelola sumber daya manusia dalam organisasi kerja sangat membutuhkan gen Z dalam berbagai bidang. Hal ini menyebabkan Gen Z memiliki kesempatan yang luas dalam memilih pekerjaaan. Sehingga tak ayal kebanyakan dari mereka dinilai pemilih dalam hal pekerjaan.
Hal ini menarik perhatian tim penelitian yang diketuai oleh Dosen Manajemen Sumber Daya Manusia, Fakultas Ekonomi Bisnis Unhas (FEB) Unhas, Insany Fitri Nurqamar SE MM, untuk mencari tau tujuan dari gen Z di wilayah Kota Makassar mendaftar di sebuah pekerjaan.
Penelitian yang dilakukan dari April hingga oktober 2021 ini tertuang dalam jurnal berjudul “The Intention Of Generation Z To Apply For A Job” yang melibatkan beberapa mahasiswa S1, yakni Iffah Hafizhah (Ilmu Ekonomi), Sarniati (Manajemen), Sri Ulfa (Manajemen), Nurfadillah (Akuntansi), dan Nur Rahmi (Kimia).
Dalam wawancara yang dilakukan oleh reporter identitas, Muh. Amar pada Jumat (17/6), ia menceritakan bahwa adanya ide penelitian ini awalnya dari data terkait banyaknya perusahaan yang ingin merekrut Gen Z.
“Generasi sudah mulai berpindah, yang sudah mendominasi (dalam pekerjaan) adalah gen z, era baby boomer rata-rata sudah pensiun, milenial dan generasi Y sudah menempati posisi-posisi penting di perusahaan (mapan). Yang direkrut sekarang yang masih muda-muda, yaitu yang generasi Z, nah itu yang kita mau cari tau faktor apa ya yang membuat mereka tertarik dalam melamar pekerjaan di suatu perusahaan,” ungkap Insany.
Melalui metode penelitian kuantitatif, dilakukan survei pada 150 orang responden, berisi pertanyaan terkait faktor-faktor yang membuat mereka minat melamar pekerjaan berdasarkan teori-teori yang sudah ada, kemudian disebar melalui google form. Metode ini dipilih karena menghemat waktu pengumpulan data dan responden yang berpartisipasi juga beragam.
“Kalau kita wawancara satu persatu, akan memakan waktu yang lama. Kita pakai kuesioner secara online karena jangkauan lingkup responden kita lebih luas dan beragam. Respondennya bukan hanya teman-teman mereka (mahasiswa peneliti) saja,” tambahnya.
Setelah pengisian survei tersebut ditemukan teori-teori yang berisi faktor alasan gen Z melamar pekerjaan. Hal ini tertuang dalam tiga hal yaitu, finansial dan kompensasi, lingkungan kerja, serta dukungan perusahaan.
Dalam hal lingkungan kerja, gen Z cenderung menyukai lingkungan kerja yang tidak terlalu banyak aturan. “Tidak terlalu formal, organisasinya mendukung, suasananya menyenangkan, beban kerjanya tidak terlalu berat serta suportif. Mereka menyukai lingkungan yang kompetitif,” ungkapnya.
Ia menambahkan tentang karakteristik gen Z ini selalu ingin tau banyak hal, “Kebanyakan dari mereka cenderung suka hal yang instan, cepat bosan, selalu pindah-pindah dan tidak bisa berada di suatu tempat dalam jangka waktu yang lama, jadi dia selalu ingin mengeksplor hal baru, dan kemudian mereka juga lebih suka dengan pekerjaan dimana mereka dapat melakukan banyak hal sekaligus,” pungkasnya.
Pekerjaan yang fleksibel dan bisa dikerjakan dimana saja seperti kafe atau rumah, tidak harus menetap di kantor dan disela kerjaan bisa melakukan banyak hal adalah hal lain yang mereka inginkan.
Lanjut, generasi Z memilih pekerjaan tidak lepas dari keinginan untuk mendapatkan keuntungan. “Gaji masih menjadi salah satu faktor penting yang membuat mereka tertarik, tapi disbanding itu mereka cenderung lebih memilih agar pekerjaan mereka seimbang dengan kehidupan pribadi mereka. Singkatnya tidak hanya tenggelam dalam pekerjaan,” tambahnya.
Mereka menghindari beban kerja besar yang mengakibatkan tekanan serta depresi sehingga mempertimbangkan work life balance, makanya bagi mereka harus ada self healing dan self reward. Antara tekanan dan healing harus seimbang agar mudah bertahan.
Itulah beberapa teori yang dipaparkan Insany dalam penelitiannya, tapi tidak semua Gen Z berada pada fase serta kebutuhan tersebut. Semuanya kembali lagi pada prinsip masing-masing individu.
Ia hanya berharap apa yang dilakukan bersama timnya dapat terus dikembangkan. “Penelitian ini masih belum sempurna, harapannya bisa dilanjutkan dengan responden dan objek penelitian yang lebih luas, tak hanya berbicara perihal faktor tapi alasan kebanyakan dari mereka memilih membangun usaha sendiri” tutupnya.
Muh. Amar