Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar kuliah umum bersama Lecture Institute of Asian and African Studies Humboldt University Berlin, Dr John Njenga Karugia dengan tema “Transregional Connective Memories Between Africa and Indonesia: The Case of Bandung and Makassar” pada Senin (7/11).
Kegiatan yang berlangsung di ruang 324 Laboratorium Sejarah dan Budaya FIB Unhas ini dihadiri oleh pengajar Departemen Ilmu Sejarah dan mahasiswa lintas fakultas lingkup Unhas.
Pada kesempatannya, John menjelaskan pentingnya menelisik lebih jauh narasi sejarah yang umum diterima. Sejarawan dan para peneliti mesti lebih mengantisipasi suara yang terlupakan dalam suatu narasi sejarah melalui memori kolektif.
“Memori akan menjadi penghubung masyarakat dari berbagai wilayah, seperti memori kolektif masyarakat tentang Konferensi Asia-Afrika di Bandung, dan Syekh Yusuf di Makassar,” ungkap John.
Konferensi Asia-Afrika (KAA) Bandung sangatlah penting, pada kegiatan itulah negeri-negeri yang menjadi objek kolonialisme selama ratusan tahun untuk pertama kalinya dalam sejarah bertemu dan saling mendukung satu sama lain agar terus berani memperjuangkan kemerdekaannya.
“Saat itulah semangat yang dikenal sebagai “Bandung Spirit” dan “Bandung Solidarity” lahir sehingga membuat negeri-negeri jajahan ini mulai yakin bahwa era kolonialisme telah mendekati akhirnya,” ujar John.
Lebih lanjut, John mengingatkan bahwa memori terhadap peran perempuan baik dalam narasi sejarah KAA Bandung maupun Syekh Yusuf masih sangatlah minim dan perlu ditelisik lebih jauh.
Fathul Karimul Khair/Citizen reporter