Hujan es merupakan fenomena yang terjadi akibat adanya perubahan cuaca yang ekstrem yang ditandai dengan munculnya hidrometeor padat yang berupa butiran es yang jatuh ke permukaan bumi.
Indonesia sebagai wilayah tropis memiliki bonus geografis yaitu sepanjang tahun terjadi surplus penyinaran matahari yang menyebabkan fenomena hujan es jarang terjadi. Akan tetapi belakangan tahun ini, ramai perbincangan mengenai terjadinya hujan es yang mengguyur beberapa wilayah Indonesia. Fenomena hujan es di berbagai wilayah Indonesia mulai ramai dibicarakan sejak tahun 2000-an yang berarti fenomena tersebut bukanlah sesuatu hal yang baru lagi.
Salah satu wilayah Indonesia yang baru-baru ini mengalami fenomena hujan es yaitu wilayah Sudiang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dilansir dari detikSulsel.com, fenomena hujan es di Sudiang terjadi karena adanya peralihan musim. Lantas bagaimana hubungan antara peralihan musim dengan terjadinya hujan es? Simak wawancara khusus reporter PK identitas Ivana Febrianty bersama dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Klimatologi Program Studi Keteknikan Pertanian Universitas Hasanuddin, Dr Ir Daniel Useng MEng Sc, Jumat (21/10).
Apakah penyebab terjadinya Fenomena hujan es seperti yang terjadi di Kota Makassar tepatnya di wilayah Sudiang?
Biasanya fenomena ini terjadi pada awal pergantian musim. Sekarang kita masuk ke musim hujan jadi ini adalah kejadian yang sering terjadi. Hal ini karena selama presipitasi atau air yang jatuh ke bumi bercampur dengan kristal-kristal es. Maka uap air yang berada di atmosfer terangkat ke atas dengan proses yang disebut sistem konveksi. Pada saat itu udara hangat di sekitar permukaan bumi terangkat ke atas sampai mencapai ketinggian tertentu maka kandungan uap air yang dibawa mulai mengkristal hingga cukup berat dan tidak dapat lagi ditahan sehingga mulai jatuh.
Ketika jatuh kristal es akan saling bergabung menjadi besar bahkan akan mencapai ukuran yang lebih besar. Tetapi pada saat hujan turun maka gabungan kristal yang membesar kembali menciut karena suhu udara di dekat permukaan bumi lebih panas sehingga akan mencair kembali. Di daerah lain seperti yang terjadi di Sydney, Australia, beberapa tahun berturut-turut itu sampai sebesar bola golf sehingga genteng, kaca mobil, lahan pertanian yang siap panen hancur semua. Sedangkan, di Sudiang tidak terjadi kerusakan yang berat karena hanya berukuran tidak lebih seperti biji jagung.
Bagaimana hubungan antara fenomena hujan es dengan perubahan iklim?
Kondisi iklim saat ini berada di bawah pengaruh sistem yang disebut La Nina. La Nina merupakan keadaan dimana suhu permukaan air laut di bagian timur Samudera Pasifik sedang mengalami penurunan. Sedangkan, di bagian barat tepatnya di sekitar Indonesia memiliki temperatur lebih tinggi. Selain itu, massa udara di Indonesia cenderung lebih hangat sehingga banyak uap air yang terbentuk dibanding udara dingin. Maka udara hangat yang ada di Indonesia itulah yang terangkat ke atas dan menjadi kristal. Bahkan Selama dua tahun berturut-turut kondisi iklim di Indonesia masih di bawah pengaruh La Nina yang diperkirakan terjadi sampai pada awal 2023.
Apakah ada kemungkinan terjadinya fenomena hujan es kembali di Indonesia?
Iya, karena berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tercatat beberapa lokasi yang mengalami ciri-ciri seperti yang ada di Makassar. Distribusi hujan di berbagai daerah tergantung dari massa udara yang membawa uap air yang pada saat itu kebetulan saja jatuhnya di Makassar dan hari berikutnya ada juga yang akan jatuh di Gowa. Akan tetapi, kemungkinan kristal es yang terbentuk sudah hancur terlebih dahulu sebelum sampai ke permukaan bumi
Bagaimana sifat dan karakteristik hujan es dibandingkan dengan hujan biasanya?
Umumnya hujan es terjadi bersamaan dengan hujan lebat yang berlangsung dalam durasi relatif singkat. Hal tersebut berpengaruh dengan perubahan iklim karena secara global temperatur udara semakin panas dan mengambil uap air dalam jumlah besar dari laut menuju atmosfer sehingga berpotensi menurunkan hujan dengan kondisi ekstrem. Selain itu, kristal es yang terbentuk pada ketinggian tertentu di atas permukaan bumi, sehingga tipe awan yang membentuk kristal es merupakan awan cumulonimbus.
Apakah ada metode untuk mendeteksi fenomena hujan es?
Kalau kita melihat informasi yang disampaikan oleh BMKG, mereka menyampaikan potensi curah hujan berdasarkan pada data yang terpantau melalui radar secara langsung terkait kondisi awan yang juga dikombinasikan dengan pantauan dari satelit. Teknologi tersebut dapat memberikan prediksi awal kemungkinan pada daerah tertentu akan terjadi curah hujan yang cukup tinggi atau kemungkinan disertai dengan hujan es. Tetapi, distribusinya secara geografis tergantung dari posisi awan. Berlangsungnya fenomena tersebut apabila pada saat pertemuan udara terjadi konvergensi atau pusaran dari udara yang bertemu dengan membawa kristal es. Lokasi jatuhnya tergantung dari dinamika awan.
Metode apa yang efektif dan secara cepat untuk mendeteksi hujan es yang akan terjadi?
Metode yang paling cepat yaitu menggunakan radar. Prinsip kerjanya yaitu menempatkan gelombang radio kemudian pantulannya akan ditangkap kembali sehingga data radar itu bersifat aktual pada saat gelombangnya diarahkan ke awan. Maka akan teridentifikasi ketinggian, densitas, dan kerapatan awan. Jika dikombinasikan dengan satelit akan muncul peta peredaran awan di berbagai tempat. Di Makassar, kita mengamati awan akan bergerak dari timur ke barat kemudian akan berputar ke arah utara dan berbalik lagi ke timur yang disebabkan oleh pergerakan angin akibat kondisi La Nina.
Data Diri Narasumber
Nama: Dr Ir Daniel Useng MEng Sc
Tempat Tanggal Lahir: Mengkendek Tana Toraja 1962.
S1: Teknologi Pertanian (Mekanisasi) Unhas 1988
S2: International Development Technology Center, The University of Melbourne 1999
S3: Departement of Spasial Science, University of Technology Perth, Australia 2007