Bidang Keilmuan Pandu Alam Lingkungan (PAL) Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan InDuk (Informasi Edukasi Kehutanan) yang disiarkan langsung melalui Instagram @pal_unhas, Sabtu, (4/3).
Menghadirkan Duta Lingkungan Hidup Sulsel 2022, Risaldi Wajo sebagai narasumber. Kegiatan ini bertemakan “Potensi Bambu sebagai Mitigasi Perubahan Iklim”.
Dalam kesempatannya, Risaldi menjelaskan mengenai Hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang merupakan benda-benda hayati, non hayati dan turunannya serta jasa yang berasal dari hutan yaitu mencakup hewan buruan, kacang-kacangan, biji, jamur, minyak, daun, rempah-rempah, madu, dan bambu.
“Bambu juga termasuk hasil hutan bukan kayu yang saat ini oleh Kementerian Kehutanan terus digalakkan dan dikembangkan.” ungkap Risaldi.
Bambu juga menjadi salah satu solusi dari pemanasan global. Penelitian terbaru menyebutkan bahan bangunan seperti beton, baja dan semen berperan meningkatkan pemanasan global, sehingga saat ini diperlukan bahan ramah lingkungan dalam pembuatan bangunan yaitu bambu.
“Solusi yang hadir ialah penggunaan bambu sebagai bahan bangunan. Bambu menyerap karbondioksida lebih tinggi dibanding kayu lain, oleh karenanya bambu disebut bio ekuator guna mengurangi emisi gas rumah kaca,” jelas Risaldi.
Fenomena pemanasan global ini dapat dirasakan dengan cuaca sangat panas, yang dapat berubah langsung menjadi hujan deras. Pemanasan global sendiri meningkat akibat menipisnya lapisan ozon bumi.
Penggunaan Bambu sebagai bahan bangunan tidak langsung menghentikan pemanasan global. Hal yang perlu dilakukan yaitu melakukan aksi 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dalam kehidupan sehari-hari.
“Adapun aksi yang dapat dilakukan mahasiswa yaitu membawa tumbler tiap hari ke kampus, dan tidak memakai plastik sekali pakai serta memanfaatkan sampah plastik menjadi kerajinan tangan,” ujar Mahasiswa Fahutan Unhas itu.
Iftita Aspar