“Salah satu kunci dari kebahagiaan adalah kebulatan tekad dalam menentukan pilihan hidup.”
Sekitar tahun 400 SM, hiduplah seorang filsuf Yunani bernama Thucydides. Ia mengemukakan diktum yang agaknya masih relevan hingga kini, terutama ketika membahas konteks ‘pilihan hidup.’ “Rahasia kebahagiaan adalah kebebasan, dan rahasia kebebasan adalah keberanian,” bunyi diktum itu.
Thucydides menekankan, pencarian kebahagiaan dapat dilakukan dengan mulai menghilangkan rasa takut dan memunculkan keberanian. Berani mengatakan tidak, berani berpendapat, ataupun berani melangkah dan membuat keputusan yang baru. Dari keberanian tersebutlah muncul kebebasan yang akan mempengaruhi kebahagiaan.
Tidak hanya itu, ilmuwan lainnya yakni Haller dan Hadler (2004) dalam risetnya mencatatkan bahwa kebahagian secara signifikan juga memiliki kaitan dengan tingkat kebebasan seseorang.
Berbicara soal kebahagian, sebenarnya hal ini sudah lama diteliti oleh banyak ilmuwan. Bapak riset kebahagiaan, Ruut Veenhoven, adalah salah satunya. Dia menyebut bahwa kebahagiaan tak ada bedanya dari kepuasan hidup. Penelitiannya soal kebahagiaan sudah dikumpulkan melalui World Database of Happiness sejak 1980.
Dan di sisi lain, kebahagiaan juga telah menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan negara-negara dunia saat ini. Di mana hal tersebut di ukur dari dimensi kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (affect), dan makna hidup (eudaimonia).
Seperti yang diungkapkan Thucydides di awal, kita ditantang untuk berani mengambil resiko demi mencapai kebebasan, yang akan menuntun kita pada kebahagiaan.
Sebagai contoh bagaimana kita dihadapkan pada pilihan sehari-hari, dapat dicontohkan seperti pengalaman memasuki jenjang universitas untuk pertama kali. Agaknya beberapa orang dipaksa oleh keadaan untuk membuat keputusan untuk menetap di mana di kota rantau.
Dan saat itulah, kita dihadapkan pada dua pilihan, numpang atau ngekos?
Ngekos dan kebahagiaan
Pilihan numpang atau ngekos menjadi sebuah tuntutan yang sulit dihindari dan wajib dipertimbangkan jika seseorang memang mengharapkan kebebasan. Walaupun memang memilih hal ini terkadang menjebak kita dalam perasaan dilematis.
Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Menumpang di rumah kerabat mengharuskan kita untuk tunduk pada aturan sang pemilik rumah. Berbagai aturan tak tertulis harus dipatuhi manakala kita memilih opsi itu. Tidak selamanya begini, tapi kebanyak seperti itu.
Bak anjing terjepit di pagar, aktivitas seolah-olah dibatasi oleh aturan pemilik rumah, tak berdaya. Lain halnya ketika ngekos. Keleluasaan dan kebebasan menjadi sebuah keniscayaan. Pulang malam karena banyak kegiatan tak masalah, bangun tidur kapan pun tidak perlu risau, dan tentunya tidak ada rasa gak enakan.
Sementara kelebihan ketika memilih menumpang tentunya akan jauh lebih hemat dari segi pengeluaran karena tidak adanya biaya operasional seperti sewa. Sebaliknya, jika ngekos, maka harus siap dengan berbagai hal semacam itu. Hal ini membuat anda harus bersiap secara fisik maupun materiil.
Kita sudah tentu sering mendengar banyak anekdot mengenai kehidupan anak kos. Salah satunya yakni “Kamu bukan anak kos kalau belum makan mi instan sehari tiga kali”, sebuah kondisi yang menggambarkan masa kritis anak kos di akhir bulan ketika notifikasi kiriman uang bulanan belum juga terlihat. Terlepas dari itu, anak kos juga harus pintar untuk menjaga diri sendiri dari masalah keamanan ataupun pergaulan di lingkungan sosial.
Kebebasan dan ngekos adalah dua hal yang saling berkaitan bagi mahasiswa. Seperti yang diungkapkan sebelumnya bahwa bila ingin menemukan rahasia bahagia itu, maka raihlah kebebasan. Kebebasan untuk berpikir, bertindak, dan menjadi apa yang Anda mau.
Dan rahasia untuk meraih kebebasan yakni memiliki keberanian. Keberanian untuk melakukan sesuatu yang orang lain takut melakukannya. Keberanian untuk menjadi diri sendiri tanpa dikendalikan pihak lain. Dalam hal ini anda harus berani untuk ngekos jika mengharapkan kebebasan itu.
Sebagaimana yang ditemukan Haller dan Hadler di awal bahwa keduanya akan berjalan secara beriringan. Dan tentunya, bagi saya, dengan memilih untuk ngekos adalah kebahagiaan tertinggi yang dapat diperoleh karena tidak terkekang oleh aturan pemilik rumah yang kaku.
Zidan Patrio
Reporter PK identitas Unhas
Mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Unhas, angkatan 2020