Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Bedah buku bertajuk “Kehampaan Hak” sebagai rangkaian dari Dies Natalis Unhas di Aula Prof Syukur Abdullah, Rabu (23/8).
Buku ini merupakan karya dari Prof Dr Ward Berenschot, Ahmad Dhiaulhaq, Afrizal, Prof Dr Otto Hospes. Untuk membedah isinya, acara mengundang dua dari empat penulis yaitu Prof Dr Ward Berenschot dan Prof Dr Otto Hospes.
Pada kesempatannya, kedua penulis memaparkan hasil temuannya merujuk pada sengketa di tanah Indonesia antara masyarakat dengan perusahaan. Prof Ward menjelaskan tentang seluk beluk masalah dalam persengketaan lahan.
Lahan itu diklaim oleh para perusahaan swasta untuk dijadikan kawasan sawit, dan hal tersebutlah yang menjadi fondasi penulis membuat buku tersebut. Prof Ward menyatakan kurangnya keikutsertaan pemerintah menjadi salah satu penyebab terbesar terjadinya sengketa lahan ini.
Lebih lanjut, Prof Ward menekankan jika para penduduk yang tanahnya diambil oleh perusahaan, seharusnya memiliki hak plasma. Yaitu hak mendapat 20% bagi hasil dari keuntungan perusahaan yang mengambil tanah mereka.
Meski sudah banyak usaha sampai ke kejaksaan, perusahaan selalu menang melalui jalur politik atau kolusi bersama pemerintah daerah. “Mohon maaf, ini sifat tidak baik dari nenek moyang kami yang masih tersisa pada masyarakat Indonesia,” tambah peneliti asal Belanda itu.
Kesulitan yang dialami pemilik lahan berdimensi sangat banyak. Hal ini membuat rakyat tidak memiliki jalan yang bisa diambil untuk mendapatkan hak, meski dilakukan mediasi.
“Kami mengambil judul Kehampaan Hak karena ketidak adaanya hak bagi pemilik lahan,” pungkas Prof Ward.
Jusuf Ibnu Judha