Himpunan Mahasiswa Antropologi (Human) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Kajian Antropologi Sosial. Kegiatan bertema “Efektifkah Glokalisasi Sebagai Tameng Eksistensi Budaya Lokal di Era Globalisasi?” itu dilakukan di Pelataran Baruga, Kamis (31/08).
Dipandu oleh Desnalisa Arlia Tirta, kegiatan ini menghadirkan Azzahra Zainal sebagai pamantik. Pada kesempatannya, Zahra memaparkan definisi glokalisasi yang sering dianggap sebagai respons terhadap globalisasi.
“Glokalisasi itu adalah proses pengadaptasian barang atau jasa yang dijual secara Internasional terhadap budaya dan pasar lokal yang berbeda,” ujarnya.
Zahra juga memaparkan dampak positif dan negatif globalisasi. Dampak positif itu di antaranya, memungkinkan perdagangan Internasional yang lebih besar, akses informasi lebih luas, serta memungkinkan interaksi antarbudaya dan kerjasama lintas batas.
“Sedangkan dampak negatif globalisasi itu seperti, terpengaruhnya budaya lokal dengan budaya global hingga kehilangan identitasnya dan eksploitasi sumber daya alam,” imbuh Zahra.
Glokalisasi memiliki kemiripan dengan konsep akulturasi yang melibatkan interaksi antarbudaya. Namun, glokalisasi mengacu pada pemenuhan kebutuhan lokal dengan adaptasi budaya global.
Untuk memperjelas pembahasannya, Zahra pun menyebutkan contoh dari glokalisasi seperti, makanan cepat saji Internasional yang menyesuaikan menunya dengan cita rasa lokal.
Zahra menerangkan, upaya glokalisasi ini dapat menjadi tameng eksistensi budaya lokal karena memungkinkan masyarakat untuk menjaga kekhasan budayanya sambil berinteraksi dengan budaya global.
“Negara ketiga atau yang bukan kelompok negara maju kini mulai mempertahankan identitas lokalnya dan memanfaatkan glokalisasi untuk melokalkan produk luar,” pungkasnya.
Ni Made Dwi Jayanti