Judul: The Dig (2021)
Sutradara: Simon Stone
Durasi: 1 jam 52 menit
Pemeran Utama: Carey Mulligan, Ralph Fiennes
Tayang Perdana: 15 Januari 2021 (Netflix)
Arkeologi mengandung suatu filosofi yang mendalam tentang makna masa lalu dan masa kini manusia. Ini bukan sekadar menggali reruntuhan zaman dulu, tetapi dalam esensinya, arkeologi adalah sebuah perjalanan waktu yang membuka pintu menuju pengetahuan mendalam tentang peradaban yang pernah ada, sekaligus mempertanyakan dan mengartikan tempat kita dalam alur sejarah manusia. Film The Dig (2021) memaknai bagaimana masa lalu membentuk dunia kita saat ini.
The Dig (2021) adalah sebuah karya sinematik yang diangkat dari kisah nyata, memandang ke dalam esensi kemanusiaan dari perspektif waktu. Disutradarai oleh Simon Stone, film ini menggambarkan penggalian situs arkeologi yang terjadi pada 1939 di Sutton Hoo, Suffolk, Inggris.
Film yang tayang perdana pada 15 Januari 2021 itu diadaptasi dari novel yang terbit pada 2007 dengan judul yang sama. Tokoh dalam film ini, Basil Brown Ralph Fiennes) merupakan seorang penggali atau excavator situs arkeologi yang dipekerjakan secara pribadi oleh Edith Pretty (Carey Mulligan).
Proyek penggalian tersebut dilakukan berdasarkan firasat Edith akan sesuatu yang tersembunyi pada gundukan tanah di lahan miliknya. Meski awalnya, Brown tidak setuju dengan firasat untuk menggali gundukan tersebut, akan tetapi takdir akhirnya membuat Brown bertemu dengan penemuan besar dan mampu menemukan kepingan sejarah masa lampau.
Meski projek kadang kala melewati hambatan, seperti halnya cuaca yang tak mendukung, momok mengesalkan bagi para arkeolog, namun hal tersebut tidak mematahkan ambisi Brown akan penemuannya. Sebuah kapal yang mulanya diprediksi merupakan kepunyaan era Viking, ternyata berasal dari era yang lebih tua dibandingkan era tersebut, Anglo-Saxon.
Antusiasme Brown pudar, kala munculnya Charles Phillips (Ken Stott) seorang arkeolog yang mengklaim situs tersebut menjadi kepentingan nasional. Di tengah kacaunya situasi Brown, kesehatan Edith semakin buruk hingga menyerah akan kepunyaannya terhadap projek penggaliannya.
Diceritakan Edith dalam film ini memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Robert Pretty (Archie Barnes) yang memiliki ketertarikan serupa dengan sang Ibu, yakni arkeologi. Tak hanya itu, Robert juga dikisahkan sebagai anak periang yang menyukai astronomi berkat Brown yang memperkenalkan ia dengan teleskop.
Sedih mendengar Brown tak melanjutkan projeknya bersama sang Ibu, membuat Robert menyusuri jalan yang jauh agar sampai di kediaman Brown. Berkat keberanian Robert, akhirnya Brown dapat melanjutkan projek penggaliannya, namun dengan pengawasan dari Charles.
Di pertengahan film, muncul karakter bernama Peggy Piggott (Lily James), seorang arkeolog muda yang ikut membantu dalam keberlangsungan projek tersebut. Meski di awal pekerjaannya, ia ceroboh dan hampir merusak sebagian kecil area kapal peninggalan tersebut, akan tetapi nyatanya ia merupakan penemu pertama yang berhasil menemukan sebuah harta peninggalan yang terdapat dalam kapal tersebut.
Satu demi satu artefak dari kepingan sejarah Anglo-Saxon ditemukan, bersamaan dengan waktu itu merupakan awal terjadinya Perang Dunia II. Akan tetapi, semakin hari kesehatan Edith semakin memburuk, hingga membuat Robert mengalami kesedihan yang mendalam. Sebagai sosok yang lebih dewasa, Brown memberi nasihat kepada Robert yang merasa dirinya gagal menjaga sang Ibu.
“Kita gagal setiap hari, ada beberapa hal yang tidak bisa kita capai, sekeras apa pun kita berusaha,” kata Brown.
Film ini tak hanya mengajarkan kita memahami masa lalu dan masa kini. Akan tetapi, memberikan kita gambaran akan kasih sayang seorang anak yang takut akan kepergian ibu tercinta. Sama halnya dengan Edith, ia merasa sangat sedih dengan situasi yang ia hadapi dengan kondisi tubuh yang sudah tak lagi bugar, ia takut dengan masa depan.
“Kita mati dan membusuk, kita tak terus hidup,” ungkap Edith di salah satu cuplikan film.
“Aku tak sependapat. Mulai dari cap tangan manusia pertama di dinding gua, kita adalah bagian dari sesuatu yang terus-menerus. Jadi, kita tidak benar-benar mati,” sambung Brown.
Sejarah seperti yang diungkapkan oleh Basil Brown dalam film The Dig (2021), bukanlah semata catatan-catatan kering atau kerangka zaman yang terpisah. Melainkan, hal tersebut adalah benang merah yang menyatukan kita dengan nenek moyang,. Lewat ratusan ribu tahun, dari cap tangan pertama di dinding gua hingga piramida yang menguak misteri peradaban kuno, arkeologi mengajarkan kepada kita bahwa kita bukan hanya saksi dari masa lalu, melainkan bagian dari suatu kesatuan yang terus-menerus berlangsung.
Dengan memahami masa lalu, kita tidak hanya menghargai warisan yang ditinggalkan, tetapi juga mendapatkan wawasan berharga tentang siapa kita sekarang. Dan seperti yang diungkapkan Basil Brown, dengan memahami masa lalu, kita memahami diri kita sendiri, dan melalui pemahaman itu, kita mampu menghadapi masa kini dengan lebih bijaksana dan penuh makna.
Para aktor dalam film ini memberikan penampilan yang luar biasa, Carey Mulligan dan Lily James menonjol dalam peran-peran penting mereka. Chemistry di antara karakter-karakter ini membawa nuansa emosional yang dalam pada cerita, memungkinkan penonton untuk benar-benar terhubung dengan kisah mereka.
Dengan pengambilan gambar yang indah di pedesaan Inggris yang hijau dan sinematografi yang memukau, The Dig dapat menangkap kecantikan alam dan menciptakan atmosfer yang mengangkat cerita.
Secara keseluruhan, film yang yang tayang perdana pada 15 Januari 2021 itu adalah karya seni yang memukau dan sarat makna, diresapi dengan kebijaksanaan tentang betapa kita semua adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar dan abadi. Film ini memperoleh penghargaan dari British Academy Film Awards dan termasuk Outstanding British Film serta memiliki rating IMDb 7,1/10. Tak hanya itu, film ini banyak dipuji The Dig kritikus dan mendapatkan banyak ulasan positif. Jika kamu tertarik menonton film ini, kamu dapat menyaksikannya secara langsung di Netflix.
Ivana Febrianty