Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Pelatihan Pengarusutamaan dan Etika Disabilitas dan Rekrutmen Teman Difabel. Acara berlangsung di Ruang Senat Lt. 2 Gedung Rektorat Unhas, Kamis (19/10).
Kegiatan ini menghadirkan Kepala Pusat Disabilitas Unhas, Dr Ishak Salim S I P Ma sebagai pembicara. Dirinya membawakan materi terkait prinsip dan paradigma disabilitas.
Pada kesempatannya, Ishak mengatakan Pusat Disabilitas Unhas telah 4 bulan melakukan kegiatan dan sosialisasi secara intens. Dia mengungkapkan prinsip inklusi disabilitas meliputi keberagaman disabilitas, aksesibilitas, akomodasi layak, partisipasi, kolaboratif dan perlakuan non-diskriminatif.
Salah satu bentuk keberagaman disabilitas adalah adanya istilah yang berbeda-beda disetiap daerah. Istilah itu digunakan oleh masyarakat tergantung dengan kenyamanan difabel.
“Misalnya ada orang yang menyebut istilah tuli terhadap mereka yang tidak bisa mendengar tapi ada juga yang lebih nyaman mengatakan tunarungu,” jelas Ishak.
Sementara itu, terkait aksesibilitas, desain tempat umum semestinya ramah terhadap difabel. Misalnya menyediakan lift dan tangga miring bagi penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda.
Akomodasi layak juga dibutuhkan bagi penyandang disabilitas untuk membantu mereka melakukan aktivitas. Misalnya menyediakan asisten bagi penyandang disabilitas ketika mereka membutuhkan sesuatu.
“Contohnya ketika ada penyandang disabilitas yang tuli tentu mereka membutuhkan orang yang bisa membantu berkomunikasi melalui bahasa isyarat,” jelas Ishak.
Terkait kolaboratif, Ishak mengatakan ada organisasi yang didirikan oleh penyandang disabilitas sehingga mereka bisa diajak kerjasama untuk melakukan kegiatan. Di Makassar sendiri ada sekitar 10 organisasi untuk penyandang disabilitas.
Terakhir, dirinya menekankan perlakuan non-diskriminatif sebagai teman difabel. Harus dipastikan bahwa penyandang disabilitas tidak mengalami diskriminasi dalam hal pengakuan hak asasi manusia, termasuk kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.
Satriulandari