Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas) menyelenggarakan Kuliah Umum bertajuk “Forestry Updated Course (FUCo)” yang bertempat di Aula Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas dan Daring melalui Zoom Meeting, Sabtu (21/10).
Kegiatan ini menghadirkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL), Dr Hanif Faisol Nurofiq S Hut M P sebagai pemateri. Pada kesempatannya, Dr Hanif membawakan materi perencanaan kehutanan dan lingkungan hidup Indonesia masa depan.
Dr Hanif menjelaskan jika berbicara terkait hutan Indonesia maka perlu memahaminya secara terperinci. Sebagaimana tertera dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Jo UU Nomor 6 Tahun 2023.
“Dikatakan bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan,” jelas Dr Hanif.
Dirinya menjelaskan bahwa kawasan hutan merupakan wilayah tertentu yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
“Jadi meskipun wilayah tersebut ternyata tutupan hutannya tidak ada pada kondisi fisik namun menurut status hukum itu masih wilayah kawasan hutan,” sambungnya.
Berdasarkan data pada tahun 2022 dari luas daratan sebesar 187 juta Ha tutupan hutan di Indonesia hanya di angka 51,2% atau 91 juta Ha. Dan 47, 1% berada di dalam kawasan hutan kemudian 4,1% berada di Areal Penggunaan Lain (APL).
“Ini perlu kita cermati bersama, tahun 2022 tutupan hutan Indonesia hanya di angka 51,2%, bagaimana kemudian di masa saat ini harus banyak menggunakan alokasi ruang dalam menunjang pembangunan dan kesejahteraan masyarakat secara merata,” ujarnya.
Menurutnya, diperlukannya keseimbangan antara peningkatan kualitas ekonomi dan lingkungan. Keduanya perlu berjalan dengan baik tanpa pertentangan.
Ini yang kemudian harus benar-benar tidak dipertentangkan antara bagaimana kita meningkatkan kualitas ekonomi dengan menjaga kulitas lingkungan kita,” jelas Dr Hanif.
Satriulandari