Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) mengadakan diskusi terbuka bertajuk “Akademisi Mengawal Demokrasi.” Kegiatan ini dilaksanakan melalui siaran langsung via Instagram, Rabu (21/02).
Kegiatan tersebut menghadirkan Ketua Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA), Satria Unggul Wicaksana sebagai pembicara. Satria menyoroti aktivitas civitas academika yang banyak mengkritik demokrasi hari ini. Ia menyebutkan bahwa saat ini tercatat lebih dari 70 lembaga termasuk kampus yang menyuarakan seputar demokrasi.
“Hal ini terjadi karena situasi pemilu saat ini memiliki banyak potensi kecurangan seperti intervensi melalui bansos dan kecurangan penghitungan suara,” tuturnya.
Lebih lanjut, Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya itu juga menyebutkan keterlibatan kampus sebagai garda terdepan yang menjadi benteng kejujuran, kebenaran, dan kebebasan yang terus disuarakan.
“Para akademisi yang terlibat dalam aksi adalah mereka yang memiliki integritas dan kejujuran,” tegasnya.
Satria menambahkan, pihak akademisi dan mahasiswa seyogyanya dapat bekerja sama untuk memperjuangkan demokrasi yang akan semakin berat kedepannya. Mengingat kondisi demokrasi saat ini cenderung anti dalam mengoreksi hal-hal tidak benar yang dilakukan oleh rezim, seperti kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat secara luas.
“Ketika mahasiswa memiliki daya kritis dan akademisinya juga mendukung, maka akan membentuk kekuatan luar biasa untuk memperjuangkan demokrasi,” jelasnya.
Sebagai penutup, Satria juga menegaskan bahwa pers mahasiswa sebagai media alternatif perlu mengambil posisi secara tegas yang berpihak pada demokrasi bersama-sama dengan akademisi, mahasiswa, dan masyarakat luas.
“Pers mahasiswa dilindungi oleh kebebasan pers yang diatur prinsip hukum HAM, sehingga memiliki kebebasan untuk menggali informasi dan membagikannya.”
Ni Made Dwi Jayanti