Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Sedunia pada tahun 2019 lalu, Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (Ismafarsi) Makassar mengundang beberapa organisasi mahasiswa (Ormawa) kesehatan yang ada di Makassar. Mereka mengadakan acara penanaman mangrove di Pulau Pangkajene. Selepas acara, para petinggi Ormawa kemudian terpikir untuk mendirikan sebuah komunitas kesehatan yang terpusat di luar Pulau Jawa.
Tidak lama setelahnya, di tahun yang sama, tepatnya pada 7 April 2019, lahirlah komunitas kesehatan Makassar yang saat ini bernama Interprofessional Health Student Community (Inhesty).
Adapun kelima Ormawa Kesehatan yang berperan dalam mendirikan Inhesty antara lain Ismafarsi, Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI), Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), dan Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI).
Kelima Ormawa tersebut mendirikan Inhesty dengan mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, yaitu sebagai upaya mereka dalam mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sebagai sebuah komunitas, Inhesty memiliki beberapa program yang menjadi sarana mereka dalam mencapai tujuan organisasinya. Salah satu program yang sekaligus menjadi program unggulannya adalah Desa Inhealthy.
Desa Inhealthy adalah program kerja tahunan Inhesty untuk mendekatkan akses layanan kesehatan bagi masyarakat di desa, terutama bagi daerah dengan layanan kesehatan yang masih susah dijangkau oleh pemerintah.
Dalam pelaksanaannya, komunitas ini melakukan survei ke beberapa desa terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan desa tujuan mereka. Hal tersebut disampaikan Koordinator Majelis Pengawas Komunitas (MPK) Inhesty Periode 2023, Muh Yusril Fauzan.
“Kita lihat dari assessment-nya. Pertama dilihat dari kondisi puskesmasnya, yakni seberapa jauh jarak puskesmas ke desanya, penyakit apa saja yang tinggi di sana, dan lainnya. Dari situ kemudian bisa ditentukan apa goals yang ingin dicapai dan apa saja yang akan dilakukan di desa tersebut,” ujar alumni Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia (UMI) itu, Minggu (15/10).
Sebelumya, program ini dikenal dengan nama Desa Binaan. Perubahan nama menjadi Desa Inhealthy terjadi di tahun 2022. Sebab nama Desa Binaan terkesan mencakup segala aspek yang ada di desa. Hal ini bukan hanya mencakup kesehatan, nama Desa Binaan pun diganti menjadi Desa Inhealthy yang hanya berfokus pada bidang kesehatan.
Selain Desa Inhealthy, terdapat pula Basic Leadership Training (BLT) yang merupakan program perekrutan anggota baru mereka. Kegiatan perekrutan ini berisi pembekalan materi bagi anggota yang baru bergabung.
Berdasarkan latar belakang komunitas yang menghimpun seluruh mahasiswa jurusan kesehatan di Makassar ini, keanggotaan Inhesty hanya terbatas pada mahasiswa kesehatan saja. Hal itu dilakukan karena kegiatan-kegiatan Inhesty seperti Desa Inhealthy tersebut memerlukan keterampilan khusus dalam melakukan pemeriksaan kesehatan yang hanya dipahami oleh pihak kesehatan.
Adapun jika ingin tetap berpartisipasi dalam beberapa kegiatannya, Inhesty seringkali membuka volunteering bagi khalayak umum.
“Bagi Non-Kesehatan bisa ikut sebagai volunteer, yang memang tidak memerlukan keahlian khusus di bidang kesehatan. Misalnya jika kami kurang dalam hal videografi atau desain grafis, itu bisa untuk volunteer,” ucap Yusril.
Selain program-program tersebut, Inhesty juga kerap kali disibukkan dengan panggilan-panggilan kolaborasi atau kerja sama dengan pihak lain. Komunitas atau lembaga lain dapat mengajukan kerja sama dengan Inhesty perihal pengurusan kesehatan.
Sebagai contoh, Inhesty pernah diajak berkolaborasi dengan pihak Ormawa kampus yang ingin mengadakan kegiatan pengaderan di daerah tertentu. Dalam kegiatan tersebut, Inhesty berperan dalam melakukan medical checkup untuk seluruh kader baru Ormawa sebelum melakukan kegiatan pengkaderan yang menghabiskan banyak tenaga.
Pada Desember 2023, Inhesty juga telah mengadakan kegiatan Bakti Sosial Kota volume 1 di Kampung Nelayan, Kecamatan Tallo, Makassar. Mirip dengan Desa Inhealthy, kegiatan ini juga membuka pemeriksaan kesehatan di lokasi tempat kegiatan diadakan. Jika Desa Inhealthy membuka volunteer secara umum dalam pelaksanaannya, Bakti Sosial Kota ini hanya melibatkan anggota Inhesty yang berkolaborasi dengan beberapa Ikatan Senat Mahasiswa bidang kesehatan lainnya dalam pelaksanaannya. Selain itu, Kegiatan Bakti Sosial Kota ini juga hanya mencakup regional Makassar.
Sejak didirikan, organisasi ini tak luput dari berbagai rintangan. Salah satunya ketika kurangnya pasien yang datang pada kegiatan Desa Inhealthy yang mereka adakan. Padahal mereka hanya ingin memeriksa kondisi kesehatan mereka dan tanpa dipungut biaya sama sekali.
Sebagai komunitas kesehatan, Inhesty kedepannya akan terus mengupayakan tujuannya yaitu untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Untuk itu, dari kegiatan-kegiatan yang diadakan Inhesty, masyarakat diharapkan bisa lebih prihatin dengan kondisi kesehatannya sehingga dapat menghilangkan stigma negatif masyarakat yang hanya ingin datang ke pelayanan kesehatan ketika sedang sakit.
“Saya berharap Inhesty bisa lebih besar lagi sehingga lebih bermanfaat dan berdampak. Bukan hanya secara output, tapi juga bagaimana masyarakat bisa mendapatkan impact yang memang berkelanjutan,” ucapnya.
Muhammad Mukram Mustamin