Sidik Permana, seorang visioner yang tidak hanya mengikuti trend zaman, tetapi berusaha menciptakannya sendiri. Ia membuat sebuah terobosan baru dengan menjadikan desa-desa sebagai lumbung potensi digital yang tak ternilai.
Dengan melihat kondisi pedesaan yang kurang terjamah oleh cakrawala teknologi, Sidik yang berbekal pengalaman berhasil membuat perubahan besar dengan merintis platform tata kelola desa bernama DigitalDesa.id
Dalam jejak akademiknya, Sidik merupakan alumni Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) 2012 sekaligus angkatan pertama yang menduduki kampus Gowa. Kala itu, Sidik tidak banyak mendapatkan akses ekstrakurikuler karena semua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Unhas berpusat di Tamalanrea, sehingga ia lebih banyak memanfaatkan waktunya dengan berkegiatan di luar kampus.
Pada 2013, Sidik bersama teman-temannya membentuk sebuah komunitas dengan nama Helping Hand Community yang membantu kaum marjinal dalam membuat proyek digital. Dua tahun setelah itu, ia kembali membuat platform mandiri bernama Caripondokan.com untuk mahasiswa yang sedang mencari kos-kosan.
Seakan tidak kehabisan ide, Sidik lagi-lagi membuka peluang dengan membangun usaha Upana Studio, sebuah perusahaan yang menyediakan sistem informasi bagi pemerintah, pebisnis, hingga industri.
Saat membangun usaha tersebut, Sidik mengaku tidak memiliki modal sama sekali. Ia bersama timnya bahkan harus menumpang di kantor orang lain dan hanya mengandalkan keterampilan. Dengan ketekunannya, Sidik sukses merintis bisnis tersebut hingga terkenal sampai luar negeri.
“Jadi beberapa aplikasi dari Pertamina kita bikin dan Unhas juga pernah jadi klien, jadi total mungkin ada 80-an proyeklah dari situ selama mungkin sekitar tiga tahun,” ungkapnya.
Selain tertarik di bidang startup, Sidik juga aktif dalam kegiatan pengembangan diri, seperti Unilever Future Leader League, XL Future Leader, dan Young Leaders Indonesia by McKinsey. Ia juga pernah menjadi Delegasi Summer School di Taiwan, penerima beasiswa Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) di Amerika Serikat, hingga fasilitator pada program kelas yang dilaksanakan oleh Google Gapura Digital.
Segala prestasi dan pencapaian itu tidak lepas dari target Sidik yang telah ditentukan sedari awal. Ia mengaku mulai memfokuskan dirinya untuk mengambil tanggung jawab perusahaan tentang startup sejak menjadi mahasiswa Informatika.
“Jadi ketika kita telah tahu trajectory kita mau apa, kita fokuskan di situ. Karena kalau kuliah kan materinya cuma sedikit, padahal kita tahu kita punya strength jadi lebih baik kita fokus pada strength kita dengan ambil kegiatan yang mendukung itu,” ucapnya.
Setelah lebih satu dekade berkecimpung dalam dunia teknologi, kreativitas Sidik Permana tampaknya tak pernah habis. Tepat 2020 lalu, Sidik kembali merintis bisnis baru yang diberi nama DigitalDesa.id atau lebih dikenal sebagi Digides.
Digides merupakan pengelola sistem informasi desa yang dapat digunakan secara mandiri oleh perangkat desa. Hadirnya platform ini berawal dari kunjungan Sidik ke beberapa desa dan melihat kendala teknologi masih menjadi persoalan utama. Dengan mengidentifikasi masalah dan melihat antusias warga, ia mulai menciptakan aplikasi desa gratis yang menawarkan sejumlah pelayanan sesuai kebutuhan desa.
Hingga kini, Digides telah memiliki pengguna sebanyak 16.666 yang tersebar di 121 kabupaten seluruh Indonesia. Sebagai Chief Executive Officer (CEO), ia memiliki tugas yang besar dalam mengembangkan bisnis ini.
Sidik mengungkapkan, dirinya bertanggung jawab dalam mengawasi ketercapaian target setiap divisi, merencanakan target bisnis untuk tahun-tahun selanjutnya, dan menjalin kolaborasi dengan pihak luar termasuk penyedia jasa internet di Indonesia.
Meski Digides masih beroperasi, Sidik ternyata mulai merencanakan bisnis startup lain. Ia ingin mengembangkan potensi desa dengan membuat digitalisasi di sektor pertanian. Selain itu, ia juga berencana melanjutkan pendidikan dengan mengambil program Magister bidang Bisnis Administrasi.
Upayanya merintis jalan untuk digitalisasi desa dari pengalaman dan keterampilannya tergambar nyata melalui hasil usahanya. Ia pun berpesan kepada generasi muda agar menentukan tujuan dengan jelas dan tidak alergi dengan teknologi baru.
“Terus biarkan semesta berkonspirasi untuk membuat teman menjadi seperti apa yang diinginkan,” pesannya.
Miftahul Janna