Kopi dengan segala kompleksitas dan kekayaan rasanya telah menjadi minuman yang diminati oleh banyak orang di seluruh dunia. Selain menyajikan kenikmatan bagi lidah, kopi juga dikenal memiliki berbagai khasiat untuk kesehatan, seperti menjaga kesehatan jantung serta mengurangi potensi penyakit stroke.
Tidak hanya sekadar minuman yang penuh khasiat, kopi juga menjadi teman yang setia untuk berbagi cerita. Di sekitar cangkir kopi, banyak kenangan tercipta, dan banyak pertemanan yang terjalin.
Secangkir kopi bisa menjadi saksi setia atas tawa, tangis, dan segala nuansa kehidupan. Dalam kehangatan aromanya, kita menemukan kesempatan untuk berbagi, berempati, dan menciptakan kenangan yang abadi. Sehingga, kopi tidak hanya menjadi minuman, tetapi juga menjadi penghubung yang memperkaya kualitas hubungan antarmanusia.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Prof Dr Muhammad Hasyim MSi bersama tim dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa kopi tak hanya memiliki fungsi material, tetapi juga fungsi sosial yang kuat. Sehingga menarik untuk menjadikan kopi sebagai salah satu objek pariwisata lokal.
“Observasi kami sebelumnya di Toraja melihat bahwa diperlukan varian-varian destinasi wisata selain objek wisata kuburan dan rumah-rumah adat. Memang ada salah satu objek wisata yang menarik yaitu pesta kematian, tapi pesta kematian ini bukan hal yang rutin, dan itu acara keluarga,” kata Hasyim, Kamis (04/04).
Untuk menjawab kebutuhan akan variasi destinasi, ia melihat potensi besar dalam mempromosikan kopi sebagai salah satu alternatif pariwisata yang menarik. Baginya, kopi bahkan bukan lagi hanya sebagai daya tarik wisata tapi telah menjadi identitas pariwisata.
Dampak pandemi Covid-19 terhadap menurunnya kunjungan wisatawan turut berdampak besar terhadap keberlanjutan pariwisata dan menurunkan kegiatan perekonomian secara signifikan. Indonesia sebagai Negara dengan sumber daya alam berlimpah memiliki komoditas kopi yang kaya dan dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata yang menjanjikan.
Ini kemudian menjadi landasan lahirnya penelitian berjudul “Coffee tourism in Indonesia, spreading the coffee story as a memorable tourism experience”. Dalam penelitian ini, Hasyim bersama tim berhasil mengumpulkan 80 cerita kopi yang berisi “hubungan” antara kopi dan penikmatnya.
Pengumpulan cerita kopi ini dilakukan melalui kuesioner online Google Form terhadap para penikmat kopi di Makassar yang setidaknya mengonsumsi dua sampai tiga cangkir kopi perhari. Dari semua cerita kopi yang terkumpul, kemudian disaring menjadi dua puluh cerita kopi pilihan.
Melalui Kumpulan cerita ini, kopi diharapkan menjadi daya tarik pariwisata khususnya di Makassar sehingga semakin banyak orang yang tertarik untuk membangun “hubungan” dengan kopi.
Cerita tentang kopi bertujuan untuk memperluas pemahaman tentang kualitas kopi agar dapat menginspirasi dan menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi dan menjelajahi daerah penghasil kopi khususnya di Sulawesi Selatan, yakni Toraja.
Dari berbagai cerita kopi yang dikumpulkan ditemukan suatu hal menarik bahwa banyak penikmat yang menganggap bahwa kopi tak hanya sekedar minuman. Namun lebih dari itu, kopi bagaikan sosok manusia yang memiliki karakter dan bisa menjadi teman cerita.
Hasyim mengutarakan, Toraja memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata minat khusus kopi. Ide ini didasarkan pada pengalamannya di Bali, di mana kopi Kintamani menjadi daya tarik wisata khusus.
Di Bali, kata Hasyim, wisatawan dapat mengunjungi perkebunan kopi, menyaksikan proses produksi, dan menikmatinya langsung dari petani. Hal ini menciptakan pengalaman yang unik dan autentik bagi wisatawan yang tertarik dengan kopi.
Toraja, dengan kopi Toraja yang memiliki rasa dan aroma unik, memiliki potensi yang sama untuk menjadi destinasi wisata kopi. Ide ini tidak hanya menawarkan pengalaman menikmati kopi langsung dari sumbernya, tetapi juga memungkinkan wisatawan untuk mengalami budaya dan tradisi lokal Toraja. Dengan mengintegrasikan kopi dengan budaya lokal, seperti kuburan dan rumah Tongkonan, Toraja dapat menawarkan pengalaman yang lebih kaya dan mendalam bagi wisatawan.
“Kiat melihat bagaimana kopi Toraja itu menjadi pariwisata minat khusus, sehingga orang bisa ke sana. Jadi selain para wisatawan ke sana berkunjung untuk melakukan perjalanan wisata terkait dengan budaya seperti kuburan dan rumah Tongkonan, mereka juga bisa menikmati destinasi wisata kopi khas Toraja,” Jelas Hasyim.
Hasyim berharap pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap potensi kopi sebagai destinasi pariwisata minat khusus. Selain berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pariwisata Sulawesi Selatan, pengembangan pariwisata kopi juga diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi para petani kopi.
Dengan memperhatikan potensi ini, pemerintah dapat merancang kebijakan dan program yang mendukung pengembangan pariwisata kopi, termasuk pengembangan infrastruktur, promosi pariwisata, dan pelatihan bagi pelaku industri kopi lokal.
Nurul Istiqamah B