Di tengah dinamika dunia pendidikan yang terkadang menimbulkan eksklusivitas, muncul sebuah inisiatif berani yang mencoba menantang hal tersebut. Sekolah Angkasa, sebuah gerakan yang diprakarsai oleh sebuah kelompok bernama Tim 7, bertujuan untuk menjadikan pendidikan dan akses kesehatan sebagai hak yang dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat, merangkul nilai inklusivitas sebagai landasan utamanya.
Tim 7 sendiri merupakan semacam kelompok diskusi yang terbentuk pada November 2022. Pada awalnya, kelompok ini terdiri dari beberapa bagian, program Sekolah Angkasa ini lahir dari salah satu bagian dari Tim 7 tersebut.
Kata “Angkasa” dalam “Sekolah Angkasa” bukan hanya merujuk pada ruang fisik, tetapi juga pada ruang ide dan aspirasi. Dengan mengadopsi pendekatan yang berbeda dari institusi pendidikan tradisional, Sekolah Angkasa berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga mudah diakses oleh semua orang.
Sekretaris Tim 7, Arinda Widyani Putri, menceritakan awal mula komunitas ini terbentuk, dieksekusi oleh Tim 7 bagian 4 dengan segala persiapan panjang. Pada Juni 2023, Sekolah Angkasa resmi terbentuk.
Kegiatan perdana dilaksanakan selama tiga hari dengan fokus utama yakni literasi dan pendidikan. Dalam kegiatan tersebut, tujuh diskusi diadakan yang menghadirkan para narasumber dari berbagai latar belakang.
Pada hari terakhir kegiatan, diadakan kegiatan Bakti Sosial (Baksos) berupa pemeriksaan kesehatan gratis. Hal ini merupakan bentuk konkret dari tujuan Sekolah Angkasa yakni “Education for All, Medicare for All”.
“Di hari terakhir itu ada baksos, pemeriksaan kesehatan gratis. Jadi kita kerja sama-sama BEM FK, BEM FKG, buat pemeriksaan klinik angkasa,” ujar Arin.
Arin mengungkapkan bahwa untuk selanjutnya, Sekolah Angkasa akan membuka empat fakultas (Semacam pembagian kelompok atau divisi dalam sekolah angkasa), yang terdiri dari Fakultas Filsafat dan Pendidikan, Sastra dan Seni, Kesehatan, serta Sosial dan Ekonomi Politik. Saat ini, sedang diselenggarakan lokakarya kurikulum untuk keempat fakultas tersebut.
Sebelum pembentukan fakultas tersebut telah dilakukan uji coba berupa pelaksanaan kegiatan bernama LK 7, yang terlaksana pada 1-5 Maret 2024. Kegiatan LK 7 ini berisi berbagai kelas materi yang menghadirkan beberapa calon “Dosen”, membahas banyak hal mulai dari Filsafat hingga Ekonomi Politik.
Proses rekrutmen untuk bergabung dengan Sekolah Angkasa melibatkan pengisian formulir, wawancara, dan penilaian terhadap keberpihakan terhadap wacana “Education for all and medicare for all“. Namun, untuk informasi lebih lanjut, Arin mengungkapkan hal ini akan kembali dirembukkan dengan rekan lainnya.
Tim 7, yang menjadi katalis perjalanan ini sejak November 2022, memandang pendidikan sebagai hak universal yang tidak seharusnya terbatas oleh batasan finansial.
Arin dan kawan-kawan melihat sistem pendidikan hari ini sangat mahal, sehingga bukan lagi menjadi sesuatu yang bisa diakses oleh semua orang. Biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang naik tiap tahunnya, menyebabkan tak semua orang bisa mengakses pendidikan tinggi.
Salah satu langkah krusial yang diambil oleh Sekolah Angkasa adalah memfasilitasi pendidikan dan kesehatan secara gratis. Melalui unit-unit usaha yang beragam, seperti band, toko buku, kebun angkasa, dan lainnya, Sekolah Angkasa menciptakan sumber pendanaan internal yang memungkinkan mereka untuk memberikan layanan pendidikan dan kesehatan tanpa biaya.
“Kita bikin sekolah, yang subsidi ini sekolah bukan pembelajarnya. Makanya kenapa ada unit usaha. Teman-teman yang mau bikin unit ini, sepakat kalau 10% dari penghasilan unit itu dialokasikan untuk Sekolah Angkasa,” imbuh Arin.
Stigma yang tersebar luas dalam masyarakat, bahwa pendidikan dan kesehatan gratis tidak mungkin ada, merupakan hal yang ingin dipatahkan oleh para perintis Sekolah Angkasa. Mereka menciptakan sebuah ruang dan gerakan tanpa menunggu dan berharap pada pemerintah.
Mereka percaya bahwa selalu ada kemungkinan. Meski masih terbatas, potensi untuk menjadi lebih baik itu akan selalu ada.
Sekolah Angkasa terus berupaya membangun jaringan yang kuat dengan berbagai komunitas dan lembaga untuk mendukung misinya. Melalui kerja sama yang erat dengan kolektif seni, organisasi mahasiswa, dan komunitas lokal lainnya, Sekolah Angkasa berusaha untuk menjadikan pendidikan dan kesehatan sebagai agenda bersama yang dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat.
Arin menegaskan komitmen Sekolah Angkasa untuk terus memperluas cakupan dan dampak program ini. Mereka berharap agar Sekolah Angkasa dapat menjadi pusat inspirasi bagi upaya-upaya inklusif dalam dunia pendidikan dan kesehatan, serta menginspirasi lebih banyak lagi upaya serupa, yaitu gerakan akan wacana pendidikan dan kesehatan gratis harus menyebar di mana saja.
Dengan semangat inklusivitas dan kolaborasi, Sekolah Angkasa memperlihatkan bahwa pendidikan bukanlah hak yang harus dibatasi, tetapi hak yang harus diakui dan diwujudkan bagi semua orang. Dengan langkah-langkahnya yang berani dan inovatif, Sekolah Angkasa membawa harapan bagi masa depan pendidikan yang lebih inklusif dan berkeadilan bagi semua.
“Kami mencoba untuk mengajak lebih banyak kawan yang memiliki frekuensi yang sama misalnya kolaborator BEM, Himpunan, UKM mungkin bisa menyebarkan itu di kampus atau di mana pun teman-teman berkegiatan, agar wacana pendidikan dan kesehatan untuk semua tetap hidup. Menjadi besar itu hal lain, menjadi banyak itu yang penting,” ungkapnya.
Andi Nurul Istiqamah Bate