Kalian bingung waktu liburan mau ngapain?
Memasuki waktu libur, mayoritas orang ingin bersenang-senang. Akan tetapi, ada juga tipikal orang yang mengisi waktu libur dengan membaca. Novel merupakan salah satu bacaan yang menarik dan memiliki banyak jenis genre, di antaranya percintaan, misteri, fantasi, dan masih banyak lagi.
Kamu pasti pernah berada di situasi ingin membaca novel tapi nggak tau novel yang seperti apa. Nah, dalam karya sastra ada pembagian Angkatan penulis berdasarkan tahunnya, sejak dari tahun 1920-an hingga saat ini. Penasaran apa saja karya-karya terbaik yang dihasilkan para pujangga dari masa ke masa? Berikut 4 Angkatan Penulis Sastra Indonesia beserta karyanya yang wajib kamu baca.
Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka (1920)
- Siti Nurbaya karya Marah Rusli (1922)
Nah sobat Iden, pasti pernah dengarkan ucapan “Sekarang mah bukan jaman siti nurbaya lagi”, ungkapan itu karena di masa lalu ada novel yang berjudul Siti Nurbaya. Novel ini wajib sobat iden baca, karena cerita yang ditawarkan sangatlah menarik. Dalam novel ini menceritakan kisah Siti Nurbaya yang menjalin cinta dengan Samsu, namun terpaksa berpisah karena Samsu harus merantau untuk melanjutkan Pendidikan di luar negeri dan akhirnya Siti Nurbaya dijodohkan dengan Datuk Maringgih yang kaya raya, namun malang karena perilakunya yang begitu kasar. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pelunasan utang ayah Siti Nurbaya. Nah, sobat iden menarik bukan?
- Azab dan Sengsara Karya Merari Siregar (1920)
Sobat iden, novel yang satu ini tak kalah menarik dengan novel ‘Siti Nurbaya’. Dilansir dari laman web Kompas.com bahwa novel ini menceritakan kisah cinta yang memandang strata sosial harus setara. Ini bisa jadi pembelajaran buat Kamu dalam dunia percintaan tanpa memandang bulu. Selain itu, dalam karya ini juga menceritakan tentang adat istiadat menjadi penghambat kebahagiaan dan kesengsaraan, lebih lanjutnya Sobat iden dapat membaca novel ini sebagai pengingat pentingnya cinta sejati, keberanian, keadilan dan kesabaran, semua tergambar di dalamnya dengan setting masa penjajahan belanda.
Karya Sastra Angkatan Pujangga Baru (1933)
- Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisjahbana (1937)
Sobat iden, pernah dengar ngga sih tentang feminis? Nah, novel ini pas buat Kamu. Jadi, karya ini sangat unik walaupun ditulis oleh pria, namun tetap mengedepankan karakter wanita yang kuat berjiwa feminis, dilansir dari Indonesiakaya.com. Masih banyak lagi tema yang dibahas oleh penulis. Novel ini bercerita tentang cinta dan emansipasi, jadi sangat cocok untuk dibaca. Layar Terkembang bukan hanya sebuah fiksi, tetapi sebuah jendela untuk memahami pergolakan sosial, budaya, dan semangat juang wanita Indonesia di masa lampau.
- Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka (1938)
Dikutip dari m.wowkeren.com, novel ini berhasil menyedot perhatian saat dijadikan film. Melihat hal tersebut, novel ini sangat bagus untuk mengisi waktu lapang yang bercerita tentang kisah percintaan (cinta segitiga). Kisah Cinta Hayati dan Zainuddin terhalang oleh adat istiadat Minangkabau yang melarang perempuan Minang menikah dengan laki-laki di luar sukunya. Keluarga Hayati, terutama pamannya yang kejam bernama Datuk Marah, menentang hubungan mereka. Novel ini mengingatkan kita tentang kekuatan cinta dan kekejaman takdir, kisah yang terpaksa menikah siri karena kekentalan adat Minangkabau.
Karya Sastra Angkatan 1970
- Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya (1974)
Novel ini patut dibaca oleh semua orang yang ingin memahami budaya dan realitas sosial di Indonesia. Kisah di dalamnya menceritakan bahwa meskipun untuk memelihara cinta membutuhkan kesetiaan, akan tetapi ia bisa juga dihantam oleh kesetaraan sosial atau kisah cinta yang terhalang oleh perbedaan kasta. Bila Malam Bertambah Malam menawarkan kritik sosial yang tajam, Kisah cinta yang tragis, bahasa yang indah, nilai budaya yang kaya, dan relevansi dengan masa kini. Cerita dari novel ini berlatar tempat di Bali.
- Khotbah Diatas Bukit Karya Kuntowijaya (1976)
Novel ini menceritakan kisah seorang pensiunan bernama Barman yang berlibur ke gunung bersama seorang gadis muda bernama Popi. Liburan ini menjadi perjalanan spiritual bagi Barman, di mana dia merenungkan tentang makna hidup, kematian, dan kebahagiaan. Ada tokoh didalam novel ini mengatakan, “Apa saja yang menjadi milikmu, sebenarnya memilikimu”, Seorang dosen Bahasa dan Sastra di Universitas Diponegoro, Rahayu Prihatmi membandingkan karya sastra ini dengan drama Menunggu Godot karya Samuel Beckett bahwa kedua karya ini sama-sama mengungkapkan kegelisahan dan berusaha menemukan kegelisahan.
Karya Sastra Angkatan 2000
- Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan (2002)
Sobat Iden, pasti pernah mikir bahwa kecantikan itu adalah segalanya? Sebenarnya kamu salah besar, karena kecantikan bisa menjadi malapetaka. Begitulah yang dirasakan Dewi Ayu dalam novel ini yang menjadi pemuas nafsu para penjajah Belanda. Cantik kutukan baginya, akan tetapi tegar dan pantang menyerah adalah habitus yang dipegang, hingga pada akhirnya melahirkan empat orang anak. Nah, kalau mau tahu lebih dalam, buku ini sangat cocok untuk dibaca, apa lagi sekarang ini masih banyak yang selalu merasa insecure. Kamu juga harus tahu bahwa tulisan Eka ini telah mendapatkan penghargaan dari ‘World Readers’ dikutip dari detik.com.
- Laut Bercerita karya Leila S Chudori (2017)
Pada tahun 2020 buku Laut Bercerita berhasil mendapat penghargaan S.E.A Write Award. Tak heran jika novel ini banyak digemari hingga saat ini. Meskipun terbit di tahun 2017, buku ini berisikan kisah kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh aktivis mahasiswa di masa Orde Baru. Kisah tentang keluarga yang kehilangan, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang amat kejam dan cinta yang tak akan pernah pudar. Resensinya bisa kamu baca di sini!
Bagi sobat iden penikmat sastra jangan lewatkan untuk menikmati novel-novel di atas sebagai teman duduk pada waktu libur maupun waktu lapang. Ayo mulai membaca dan mengenali novel diatas!
Ismail Basri