“Memikirkan masa depan adalah keunggulan beliau,” ucap Dekan Fakultas MIPA, Dr Eng Amiruddin MSc, Kamis (13/06).
Tidak hanya disiplin dalam tindakan, tetapi juga visioner dalam pandangan. Demikianlah ciri khas Prof Dr Alfian Noor MSc yang masih dikenang baik oleh mahasiswa dan rekan-rekannya.
Alfian merupakan Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Hasanuddin (Unhas) periode 2005-2008. Selama masa kepemimpinannya, banyak inovasi dan perubahan signifikan yang terjadi di Fakultas MIPA, terutama di bidang penelitian.
Salah satu bentuk nyata dari pengabdiannya, yakni pendirian Laboratorium Kimia Radiasi Unhas sebagai satu-satunya laboratorium di Indonesia yang diakui Komite Akreditasi Nasional (KAN) waktu itu. Tak heran jika Presiden Indonesia ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie pernah mengunjungi laboratorium tersebut.
Menurut Dekan Fakultas MIPA Unhas, Dr Eng Amiruddin MSc, semua yang ada di lab itu merupakan hasil penelitian Alfian. Meskipun begitu, Alfian tidak pernah mengklaim lab itu sebagai miliknya. Dengan rendah hati, ia menyebut bahwa semua civitas academica Unhas bebas memanfaatkan fasilitas lab tersebut.
Sebelum menjadi dosen, Alfian telah menempuh studi Ilmu Kimia Unhas, lalu lanjut di Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk memperoleh gelar sarjana. Dirinya kemudian mengambil gelar Master of Science (MSc) bidang Kimia di Washington State University, Pullman, Amerika Serikat pada 1982. Setelah itu, menempuh gelar Doktor Ilmu Kimia di Université d’Aix-Marseille, Marseille, Prancis pada 1988.
Selain dekan, Alfian juga sempat memegang beberapa jabatan lainnya di kampus merah, seperti Ketua Jurusan Kimia Unhas (1990-1993), Ketua Program Studi Magister Kimia (2003-2005), dan Ketua Senat Fakultas MIPA.
Diketahui, Alfian pernah bekerja di Badan Tenaga Atom Nasional (Batan). Pengalamannya di Batan tidak hanya memperkaya pengetahuan dan keterampilan di bidang nuklir, tetapi juga membuka jejaring kerja sama internasional yang luas. Berkat pengalamannya itu juga, Alfian menjadi salah satu dosen perintis pada kerja sama riset dengan berbagai instansi riset nuklir di Batan.
Saat di Amerika Serikat, Alfian pernah bekerja di Nuclear Radiation Center sebagai koordinator program Buginesia, sebuah inisiatif kerja sama antara Unhas dengan tujuh universitas di Belanda dalam bidang riset ilmu kelautan. Program Buginesia ini juga merupakan kolaborasi antara Unhas, Batan, dan International Atomic Energy Agency (IAEA).
Selain fokus pada penelitian, Guru Besar Kimia Analitik dan Radiasi Fakultas MIPA Unhas ini juga aktif dalam menerbitkan publikasi ilmiah di berbagai jurnal, baik berskala nasional maupun internasional. Berdasarkan bukunya yang berjudul Kimia Radiasi, Alfian tercatat telah menerbitkan 163 publikasi ilmiah.
Kunjungan ilmiah juga kerap dilakukan Alfian, seperti menjadi Guru Besar Tamu di Griffith University Australia, Guru Besar Tamu di Fakultas Ilmu-ilmu Perikanan Kitasato University Jepang, Museum Sejarah Alam Belanda, Laboratorium Kimia Laut di University of Bremen Jerman, dan Ilmuwan Senior di Laboratorium Lingkungan Laut Monako.
Di kalangan akademisi, Alfian dikenal sebagai sosok pemimpin sekaligus figur orang tua yang visioner. Ia selalu memiliki visi jauh ke depan dengan keinginan kuat agar Unhas dapat bersaing dan bekerja sama dengan universitas-universitas internasional. Hal ini tercermin dari kebiasaannya yang sering membandingkan Unhas dengan universitas-universitas di luar negeri.
Sifat lain yang terkenang dari Alfian adalah kemampuannya dalam mendelegasikan tugas dengan baik. Jika ia percaya dengan seseorang, maka dirinya akan memberikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidang keahlian orang tersebut. Adapun salah satu pesan yang disampaikan kepada Amiruddin, yakni selalu bekerja sesuai dengan keahlian masing-masing.
“Kalau itu bukan bidangnya, tidak usah dikerjakan,” ucap Amiruddin saat mengingat kembali pesan sang senior.
Kedisiplinan Alfian juga diakui oleh sekretarisnya sendiri, Ratnawaty. Ia mengatakan, Alfian memiliki waktu untuk tertawa dan bersantai dengan rekan-rekannya. Selain itu, dirinya juga dikenal tidak pelit ilmu, bahkan senang berbagi pengetahuan dengan rekan sejawatnya.
“Kalau beliau mengajar di jam 07.30, beliau akan hadir di kelas pada jam tersebut dan mahasiswa yang datang setelahnya tidak akan diizinkan untuk masuk ke kelas,” ujar Ratnawaty, Kamis (13/06).
Kabar terakhir, Alfian mengabdikan diri sebagai Kepala Lab Kimia Radiasi sampai tutup usia pada 21 November 2021 lalu. Seperti bunyi pepatah “Hilang satu tumbuh seribu”. Meskipun raganya telah hilang dari pandangan mata, namun ilmu dan kepribadiannya akan terus menginspirasi dan menumbuhkan seribu generasi berjiwa pendidik.
Najwa Hanana