Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Chapter Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan diskusi publik yang bertajuk “Demokrasi, Dinasti Politik, dan Ratu Adil yang Dirindukan.” Kegiatan diselenggarakan secara virtual melalui Zoom Meeting, Sabtu (13/07).
Diskusi ini dihadiri oleh berbagai kelompok studi, organisasi mahasiswa dan masyarakat umum dari seluruh Indonesia. Selain menghadirkan Guru Besar Unhas, kegiatan ini turut mengundang tokoh bangsa Prof Franz Magnis Suseno, yang juga merupakan Guru Besar dalam Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara.
Sosok yang kerap dipanggil Romo Magnis itu menyampaikan, saat ini ada sesuatu yang tidak tercapai setelah oleh reformasi. “Ada suatu masalah yang tidak tercapai di dalam reformasi, yaitu tuntutan mahasiswa untuk memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme, ini tidak betul betul diberantas,” ungkap Romo.
Lebih lanjut, ia merasa unsur-unsur demokratis terus dirusak, misalnya ketika Presiden memutuskan untuk menandatangani undang-undang yang memperlemah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) padahal kinerja KPK sudah sangat baik.
Romo Magnis menganggap sistem demokrasi Indonesia harus memiliki partai berideologi “kiri” agar suara masyarakat bawah bisa tersalurkan dengan baik.
“Sangat aneh bahwa Indonesia yang hampir 50 persen masyarakatnya belum sejahtera tidak memiliki partai kiri. Bagi petani kecil atau buruh kecil, tidak memiliki pilihan partai yang betul betul mewakili suaranya, yang ada hanyalah partai dimana oligarki yang menentukan keputusan,” tutur Romo.
Mario