Aktivis dan seniman dari komunitas tuli hadir dalam Talkshow Inklusi yang diselenggrakan oleh Pusat Disabilitas (Pusdis) Univerisitas Hasanuddin (Unhas). Kegiatan ini berlangsung di Pelataran Gedung Ipteks Unhas, Senin (30/09).
Ketua DPD Gerakan Kesejahteraan untuk Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Provinsi Sulsel, Andi Arfan hadir menjadi narasumber. Dalam kesempatannya, ia bercerita saat masih bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB).
“Saat menjadi siswa, guru saya hanya menulis di papan tulis dan tidak menggunakan bahasa isyarat. Dulu bahasa isyarat belum ada. Pernah kami diundang suatu kegiatan, akan tetapi tidak mendapat informasi apapun,” tuturnya dalam bahasa Isyarat.
Dari pengalaman tersebut, Gerkatin termotivasi mengajarkan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) untuk komunitas tuli. “Jadi kalau ada kegiatan dan dihadirkan penerjemah, maka teman tuli itu dapat memahami dan mendapatkan informasi dari kegiatan tersebut,” ucap Arfan.
Sementara itu, Mahasiswa Sastra Indonesia Unhas, Fitrah Ramadhan yang juga merupakan seniman komunitas tuli hadir sebagai narasumber pada kegiatan tersebut. Dalam penjelasannya, ia menyampaikan sistem bahasa terbagi atas dua jenis, salah satunya Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI).
Fitrah menyebut, SIBI merupakan bahasa isyarat yang mengikuti sistem bahasa Indonesia. Jadi, struktur sama dengan tata bahasa lisan Indonesia sehingga menyulitkan tunarungu dalam berkomunikasi.
Sementara itu, Bisindo merupakan perpaduan antara ekspresi dan gestur yang memiliki isyarat pendek namun mengandung makna mendalam. Oleh karena itu, Bisindo lebih mudah dicerna dan dikembangkan oleh komunitas tuli di seluruh Indonesia.
Ismail Basri