Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Kuliah Umum bertajuk “Berpikir Kepulauan untuk Memajukan Kebudayaan” di Auditorium Prof. A. Amiruddin, Fakultas Kedokteran Unhas, Senin (07/10). Acara tersebut menghadirkan Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid PhD sebagai pembicara utama.
Dalam pemaparannya, ia menyampaikan tentang reimajinasi Indonesia yang menekankan cara pandang baru dalam melihat kenyataan berdasarkan pengetahuan. Ia menegaskan bahwa sudah saatnya Indonesia meninggalkan perspektif kolonial yang masih membayangi pandangan terhadap bangsa.
“Kita seharusnya mulai mempertimbangkan batas laut dan membayangkan Indonesia sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari kepulauan, bukan sekadar pulau-pulau yang terpisah oleh laut,” ungkapnya.
Hilmar kemudian menekankan, pandangan kontinental yang diwarisi dari kolonialisme perlu diubah karena tidak sesuai dengan realitas Indonesia sebagai negara kepulauan. Lebih lanjut, ia membahas pentingnya berpikir dalam perspektif arkipelagis yang mengutamakan entitas-entitas budaya.
“Kita harus melihat tradisi secara cermat dan kritis karena tradisi terus berkembang, bahkan dari aspek linguistik bisa saja ada perbedaan dalan satu daerah,” jelas Hilmar.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek tersebut mengungkap, Indonesia sebenarnya kaya akan potensi, namun pendekatan yang kurang tepat telah membuatnya tertinggal. Menurutnya, ada sesuatu yang keliru dalam cara mendekati kekayaan budaya dan potensi bangsa sehingga diperlukan reimajinasi untuk membentuk pandangan baru terhadap Indonesia.
Di akhir presentasinya, Hilmar mendorong dunia pendidikan untuk menghidupkan kembali jaringan maritim dan menggali potensi Indonesia sebagai negara maritim. “Saya berharap Unhas dapat menjadi wadah penelitian mengenai isu ini, terutama mengingat posisinya yang strategis di kawasan yang terkait dengan pembahasan ini,” tutupnya.
Adrian