London memanggil, dan Denty Piawai Nastitie menjawabnya dengan rasa ingin tahu yang tak terbendung. Dalam sebuah buku berjudul Hari-hari di Bloomsbury, kita diajak menyusuri jalanan bersejarah dari ibu kota Inggris melalui mata Denty, seorang student journalist yang haus akan petualangan.
Bloomsbury, sebuah wilayah di London yang terkenal dengan arsitektur Victoria yang megah dan taman-taman hijau yang menyejukkan, menjadi kanvas bagi cerita-cerita yang Denty rajut dengan ketelitian seorang jurnalis muda. Melalui tulisan-tulisannya, jurnalis Kompas ini turut menceritakan denyut nadi London yang tak pernah berhenti berdegup.
Dalam tulisannya, Denty mengajak pembaca menjelajahi sudut-sudut bersejarah Bloomsbury yang memikat. Dengan cermat, ia melukiskan keindahan arsitektur era Victoria, ketenangan taman-taman yang rimbun, serta keberadaan perpustakaan-perpustakaan ikonik yang telah menjadi tempat lahirnya mahakarya-mahakarya sastra.
Pengalaman menempuh pendidikan di The School of Oriental and African Studies (SOAS) University of London memberikan Denty sudut pandang yang khas tentang sistem pendidikan di Inggris. Melalui gaya penulisan yang santai dan mudah dipahami, ia berhasil membuat London terasa akrab, bahkan bagi mereka yang belum pernah mengunjungi kota tersebut.
Sebagai seorang jurnalis yang masih muda, Denty tidak sekadar mengobservasi, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam kehidupan kota. Ia melakukan wawancara dengan beragam tokoh masyarakat, dan kemampuannya menangkap nuansa-nuansa kecil dalam keseharian London memberikan sentuhan istimewa pada tulisannya. Denty menghadirkan pengalaman yang sangat pribadi kepada pembaca, mulai dari rasa penasaran yang meluap-luap hingga gegar budaya yang ia alami sebagai pelajar dari negeri asing.
Disamping itu, ia juga berbagi kisah tentang perjuangannya beradaptasi dengan cuaca Inggris yang tak menentu dan kerinduan akan masakan Indonesia. Dengan jujur, Denty memaparkan tantangan yang dihadapinya sebagai mahasiswa asing. Ia menyoroti kesenjangan ekonomi yang terlihat jelas di beberapa area kota, masalah pengungsi, hingga dampak dari keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa terhadap kehidupan sehari-hari warga London. Refleksinya atas isu-isu ini menunjukkan kematangan berpikirnya seorang jurnalis.
Kekuatan utama buku ini terletak pada kejujuran dan ketulusan Denty dalam berbagi pengalamannya sebagai seorang mahasiswa sekaligus jurnalis di Inggris. Ia tidak hanya menampilkan sisi gemerlap kehidupan di London, tapi juga berani mengungkap sisi gelap dan tantangan yang dihadapinya. Dengan pendekatan yang autentik dan relatable, lulusan Universitas Sanata Dharma ini berhasil mengemas pengalamannya menjadi sebuah panduan informal bagi siapa pun yang bermimpi mengejar pendidikan di Inggris. Buku ini bahkan bisa menjadi sebuah panduan yang dapat membantu para pelajar atau perantau muda dalam menghadapi tantangan yang sama.
Meskipun Hari-Hari di Bloomsbury menawarkan pengalaman belajar dan hidup di London yang terasa lebih dekat. Namun, buku ini kerap terasa monoton. Cerita yang berulang-ulang tentang pengalaman belajar dan interaksi dengan masyarakat lokal, meskipun penting, dapat membuat pembaca merasa bosan.
Buku ini terbagi menjadi 5 bagian yang masing-masing menyajikan aspek berbeda dari pengalaman penulis di Inggris. Struktur ini memberikan pembaca pandangan yang komprehensif tentang kehidupan di sana. Salah satu bagian buku “Cerita di Balik Berita” mungkin akan menjadi salah satu yang paling berkesan, karena di bagian ini dijelaskan secara rinci liputan Denty saat wafatnya Ratu Elizabeth II dan proses pemakamannya.
Di akhir buku, Denty juga menyertakan informasi tentang rekomendasi kedai kopi di London dan rute bersepeda yang menyenangkan, yang ditampilkan dalam bentuk peta. Bagian ini mungkin dapat membuat pembaca semakin ingin mengunjungi London.
“Buku ini bukan sekadar catatan perjalanan, melainkan sebuah jendela kehidupan mahasiswa internasional di jantung Inggris”.
Secara keseluruhan, buku setebal 250 halaman ini memberikan gambaran tentang kehidupan di Inggris, terutama London, yang ternyata tidak selalu menyenangkan. Cerita perjalanan Denty berhasil membangkitkan kembali semangat sebagai mahasiswa yang bermimpi kuliah di luar negeri.
Azzahra Dzahabiyyah Asyila Rahma