“Lagi pula, saat itu, dibanding meyakini apa yang kuuraikan sendiri, aku lebih percaya bahwa menjadi bek adalah panggilan hidup bagiku. Semacam takdir. Dan aku berpikir seperti itu sejak masih sangat kecil”. Sepenggal kalimat ini diucapkan oleh Isnan, tokoh utama dalam Bek: Sebuah Novel karya Mahfud Ikhwan. Diterbitkan pada Juni 2024, buku ini mengisahkan perjalanan seorang anak lelaki yang jatuh cinta pada posisi bek kiri dalam sepak bola.
Lewat sudut pandang orang pertama, Isnan membuka cerita tentang perkenalannya dengan sepak bola dan perannya sebagai bek. Posisi ini, yang tampaknya sederhana, ternyata memiliki makna mendalam baginya. Seiring waktu, Isnan menyadari bahwa perannya sebagai bek di lapangan mencerminkan tanggung jawab yang ia emban di rumah; menjadi penjaga keluarga setelah kepergian ayah dan kakak lelakinya.
Cerita dimulai dengan Isnan yang sedang berdiri di tepi lapangan yang dulu menjadi tempat bermainnya. Kenangan 25 tahun lalu tetap segar dalam ingatannya. Sore itu, tempat ini menjadi saksi pertandingan bersejarah antara Persatuan Sepakbola Lerok (Perserok) dan Tambakrejo Putra. Perserok, yang sebelumnya tak pernah lolos penyisihan kompetisi kecamatan, mengejutkan banyak orang dengan menaklukkan Tambakrejo Putra, tim yang baru saja memenangkan Piala Bupati Gresik.
Ketika kemenangan itu diraih, penonton terdiam sesaat, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Di tengah kerumunan, Isnan kecil berdiri dengan kagum. Usianya baru lima tahun saat itu, namun dalam hatinya ia tahu, suatu hari nanti ia akan berada di lapangan yang sama dan menjadi bagian dari tim. Cintanya pada sepak bola mulai tumbuh sejak saat itu. Setiap sore sepulang sekolah, ia bersama empat temannya bermain di koridor sekolah, penuh percaya diri menantang kakak kelas dan sering kali menang.
Namun, hidup Isnan berubah drastis sebelum usianya genap 10 tahun. Kakaknya pergi ke pesantren setelah beberapa tahun menggantikan ayahnya yang merantau ke Malaysia. Mendadak, Isnan menjadi anak tertua yang harus menjaga ibu dan dua adiknya. Sebelum pergi, kakaknya memberi pesan yang terus terngiang di benaknya, “Bantu Emak dan jaga adik-adik”. Pesan ini menghantui Isnan di setiap langkahnya.
Sepulang sekolah, waktu bermain bola harus diabaikan. Isnan kini memiliki tanggung jawab besar di rumah, yaitu memandikan adik-adiknya, menyiapkan makan malam, atau membantu ibunya berdagang. Kehidupan keluarga Isnan semakin sulit ketika ayahnya dipulangkan dari Malaysia sebagai imigran gelap dan korban perdagangan manusia. Meskipun berhasil ditebus, ayahnya tak lagi produktif. Hari-harinya dihabiskan duduk di depan radio yang ia perbaiki untuk mengisi waktu luang. Frustasi dengan keadaan itu, ibu Isnan memutuskan untuk kembali merantau ke Malaysia, diikuti oleh kakaknya yang marah dengan keputusan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Isnan tetap tinggal di rumah, menjaga adik-adiknya sendirian. Kehilangan kehadiran ayah, ibu, dan kakak membuat hidupnya semakin berat. Namun, Isnan tidak pernah menyerah. Meski merasa keluarganya kehilangan keseimbangan, ia tetap teguh, membuktikan bahwa ia bisa menjadi benteng yang kuat, baik di lapangan sepak bola maupun di dalam keluarganya.
Bek: Sebuah Novel bukan hanya tentang perjalanan pribadi Isnan, tetapi juga menggambarkan kehidupan masyarakat Lerok, sebuah desa yang dikenal sebagai basis tenaga kerja Indonesia (TKI). Mahfud Ikhwan memperkaya novel ini dengan latar sosial dan budaya yang mendalam, memberikan konteks yang lebih luas pada kehidupan Isnan dan lingkungannya. Kehidupan masyarakat TKI dan pergolakan mereka menambah lapisan cerita, menjadikan novel ini lebih relevan dan menyentuh banyak aspek kehidupan.
Ditulis dengan gaya mendetail dan dramatis, Bek menggambarkan latar waktu, tempat, dan kejadian dengan sangat baik. Setiap bab membawa pembaca lebih dalam ke dunia Isnan, membuat mereka merasakan sensasi dan emosi yang dialami oleh sang tokoh utama. Isnan adalah karakter yang realistis dan penuh dengan nuansa kehidupan yang membuat pembaca ikut bersimpati dengan perjuangannya.
Namun, bagi pembaca yang tidak terlalu familiar dengan sepak bola, beberapa istilah dan referensi olahraga mungkin sedikit membingungkan. Di satu sisi, bagi mereka yang mengerti sepak bola, konsep bek dan strategi bertahan akan terasa lebih hidup dan bermakna. Namun, meskipun ada sejumlah istilah yang mungkin asing bagi sebagian pembaca, Mahfud dengan cerdas mengaitkan olahraga dengan tema-tema universal tentang kehidupan.
Lewat kisah Isnan, pembaca diajak untuk merenungkan bagaimana tanggung jawab besar sering kali datang secara tiba-tiba. Novel ini mengajarkan keteguhan hati dalam menghadapi cobaan hidup yang berat. Peran Isnan sebagai bek di lapangan sepak bola sejalan dengan perannya di keluarga sebagai penjaga yang harus memastikan semua berjalan dengan baik. Menjadi bek bukan hanya soal menjaga gawang, tetapi juga tentang menjaga orang-orang yang dicintai, dengan pengorbanan yang besar.
Najwa Hanana