“Aku percaya warisan nenek moyang kita tidak hanya memengaruhi perangkat keras, seperti nama keluarga dan penampilan fisik, tetapi juga perangkat lunak: kebahagiaan, rasa sakit, trauma, dan kenangan.”
Perjalanan Menuju Pulang merupakan memoar reflektif dari dua perempuan, Lala Bohang dan Lara Nuberg. Mereka memadukan kisah pribadinya dengan sejarah kolektif.
Dalam buku ini, pembaca diajak untuk menyusuri perjalanan identitas yang rumit, di mana warisan budaya Indonesia dan Belanda begitu melekat dalam darahnya. Memoar ini tidak hanya mengisahkan tentang nenek moyang atau asal-usul keluarga saja, tetapi juga bercerita terkait bagaimana perjalanan hidup dan pengalaman membentuk seseorang.
Cerita dimulai dengan linimasa yang menghubungkan peristiwa bersejarah antara Indonesia dan Belanda, menciptakan kesadaran tentang hubungan masa lalu yang masih terasa jejaknya sampai sekarang. Sejarah tersebut kemudian diarahkan pada perjalanan pribadi Lala dan Lara, terutama pada garis keturunan perempuan di keluarga mereka.
Contohnya dalam bab “Menelusuri Masa Lalu Perempuan-Perempuan di Keluarga Kami”, penulis menggambarkan bagaimana peristiwa lampau memengaruhi kebiasaan dan tradisi keluarga hingga saat ini.
Dengan membaca buku ini, kita diajak untuk memahami bahwa identitas itu tidak hanya ditentukan oleh genetik tetapi juga dipengaruhi oleh memori kolektif dan pengalaman hidup. Lala dan Lara mengungkapkan warisan keluarga bukan hanya tentang nama atau penampilan semata, tetapi juga emosi, trauma, dan kebahagiaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Salah satu hal menarik dari buku setebal 170 halaman ini dapat kita lihat pada penyisipan resep keluarga yang menggambarkan warisan budaya melalui makanan. Resep-resep tersebut tidak hanya sebagai penuntun saat hendak memasak, tetapi juga menyimpan kenangan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah keluarga. Makanan menjadi bahasa cinta yang tak tergantikan, sebagaimana tradisi dalam keluarga Lara dan Lala.
Dengan gaya penulisan yang reflektif, Lala dan Lara berhasil menghadirkan sejarah yang lebih personal, menghindari narasi kaku, dan mengundang pembaca untuk terhubung secara emosional. Selain itu, para pembaca diajak untuk memandang sejarah sebagai sesuatu yang hidup dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
“Menurutku, sejarah seharusnya disampaikan dengan metode bercerita seinklusif mungkin sebagai upaya untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang keadaan masa lalu dan pengaruh masa lalu terhadap masa kini,” (halaman 115).
Bagian pertukaran surat antara Lala dan Lara menjadi salah satu sorotan buku ini. Melalui surat-surat tersebut, mereka berbagi cerita, pengalaman, dan pertanyaan mendalam tentang hidup dan identitas. Surat-surat ini membawa kehangatan, seolah kita membaca buku harian dua sahabat yang sedang mencari jati diri.
Buku ini menunjukkan bahwa perjalanan menemukan jati diri adalah proses yang kompleks, penuh dengan refleksi terhadap warisan keluarga, budaya, dan pengalaman hidup yang membentuk kita hari ini. Dalam proses ini, kita diundang untuk menerima akar sejarah kita, bukan sekadar sebagai fakta, tetapi sebagai bagian integral dari perjalanan hidup yang terus berkembang.
Perjalanan Menuju Pulang adalah bacaan yang menyentuh, menginspirasi, dan memberikan wawasan baru. Memoar ini mengajak pembaca untuk memandang sejarah, identitas, dan hubungan keluarga dengan perspektif yang lebih luas.
Dengan gaya penulisan yang personal, Lala dan Lara berhasil menciptakan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menggugah hati dan pikiran. Cocok bagi siapa saja yang sedang mencari makna hidup dan memahami akar identitas diri.
Namun, di balik kelebihan itu, buku ini memiliki kelemahan dalam penyampaian beberapa topik yang terasa membosankan. Meskipun pembahasan tentang hubungan Indonesia dan Belanda menarik, akan tetapi eksplorasinya kadang terasa terburu-buru sehingga beberapa bagian yang kompleks tidak sepenuhnya terurai.
Bagi pembaca yang berharap pada analisis sejarah yang lebih rinci, buku ini mungkin terasa kurang memenuhi ekspektasi kamu. Selain itu, adanya peralihan narasi antara dua penulis kadang membuat alur ceritanya menjadi sedikit membingungkan bagi yang tidak terbiasa dengan model seperti ini.
Meski demikian, Perjalanan Menuju Pulang tetap menjadi bacaan yang layak diapresiasi, terutama bagi mereka yang mencari pandangan baru tentang identitas dan warisan budaya. Melalui kisah Lala dan Lara, pembaca diajak untuk merenungkan kembali hubungan dengan akar sejarah keluarga mereka sendiri. Buku ini merupakan undangan bagi kamu untuk tidak hanya membaca tetapi juga memulai perjalanan memahami jati diri yang lebih dalam.
Wahyu Alim Syah