Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Gelombang 113 mengadakan sosialisasi inovasi produk ramah lingkungan di Balai masyarakat Desa Bilanrengi, Kecamatan Parigi, Kabupaten Gowa, Rabu (05/02).
Beberapa inovasi produk yang diperkenalkan dalam sosialisasi ini antara lain PETRA (Pemanfaatan Tongkol Jagung menjadi Bahan Baku Briket), PESNAB (Pestisida Nabati), dan transformasi ekonomi hijau berupa teh dari daun kopi.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi limbah organik serta menciptakan peluang ekonomi kreatif bagi masyarakat setempat.
Mahasiswa KKN, Andika Firdaus Wirathama menjelaskan, PETRA merupakan inovasi pemanfaatan limbah pertanian, khususnya tongkol jagung yang sering kali hanya dibuang dan diambil bijinya untuk pakan ternak atau dibakar.
Dalam sosialisasinya, mahasiswa tersebut memperkenalkan teknologi sederhana untuk mengolah tongkol jagung menjadi briket yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
“Briket ini memiliki keunggulan ramah lingkungan, lebih murah dibandingkan bahan bakar konvensional, serta dapat menjadi peluang usaha bagi masyarakat Desa Bilanrengi,” katanya.
Mahasiswa juga melakukan demonstrasi langsung mengenai proses pembuatan briket, mulai dari pengeringan, penggilingan, hingga pencetakan dan pemadatan.
Selanjutnya, Koordinator Pestisida Nabati, Dian Ratnadillah Abdullah menyebut produk PESNAB sebagai solusi bagi petani untuk mengendalikan hama tanpa harus bergantung pada bahan kimia sintetis.
“PESNAB dibuat dari bahan alami seperti daun mimba, bawang putih, dan cabai yang memiliki sifat anti-hama alami,” ujarnya.
Penggunaan pestisida nabati ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari pestisida kimia terhadap lingkungan serta meningkatkan hasil panen yang lebih sehat.
Mahasiswa KKN juga memberikan pelatihan langsung kepada petani mengenai cara pembuatan dan penerapan pestisida nabati agar dapat digunakan secara optimal dalam pertanian mereka.
Selain dua inovasi tersebut, mahasiswa KKN juga memperkenalkan konsep transformasi ekonomi hijau melalui produksi teh dari daun kopi yang dikoordinatori mahasiswa KKN lainnya, Ibnu Saleh.
Ia mengungkapkan, tanaman kopi sebagai komoditi unggulan di desa Bilanrengi hanya memanfaatkan biji kopinya untuk diproduksi atau langsung diperjualbelikan sedangkan daun kopi tidak dimanfaatkan dengan baik.
“Padahal di dalam daun kopi terdapat beberapa senyawa yang baik untuk tubuh jika diolah dengan baik,” sebutnya.
Daun kopi dapat diolah menjadi teh herbal yang memiliki banyak manfaat kesehatan. Adapun proses pembuatannya meliputi pemilihan daun kopi berkualitas, pengeringan, serta teknik pengolahan yang tepat untuk menghasilkan rasa dan aroma khas.
Produk teh daun kopi ini diharapkan dapat menjadi produk unggulan dan ciri khas Desa Bilanrengi yang memiliki daya jual tinggi serta membuka peluang usaha baru bagi masyarakat setempat. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara maksimal, Desa Bilanrengi berpotensi menjadi desa yang lebih mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Jum Nabillah