“Layar..
Gerak berirama
Laut menyapu
Tenang bersuara
Mengayuh perahu”
-Melaut, Kapal Udara.
Beberapa pasang kaki melangkah menuju panggung utama, mendengar petikan dan seruan yang menghipnotis penonton. Mereka hadir melihat penampilan dari band pop dan folk asal Makassar di panggung pertama mereka pada 2025. Band ini bernama Kapal Udara, terdiri dari empat anggota yang berasal dari alumni Universitas Hasanuddin (Unhas).
Kapal Udara bertemu di sela-sela kuliah, ketika mereka berkumpul untuk jamming di Koridor Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unhas. Bermula dari kesenangan bernyanyi tiga orang seangkatan jurusan Antropologi, mereka membuat band tersebut secara tidak resmi.
Ketiga orang itu adalah Muhammad Ayat (Ayat) mengambil posisi sebagai vokalis, Saleh Hariwibowo (Ale) seorang gitaris, dan bassist Mardhan Maing (Dadang). Mereka kemudian bertemu dengan mahasiswa Sosiologi Unhas, Bobby Pramusdi (Bobby) pada 2016. Ketika itu, lagu “Melaut” telah rampung dan keempatnya mulai serius untuk membentuk band.
Pemilihan nama band “Kapal Udara” memiliki cerita unik di baliknya. Ada kalanya mereka yang rutin bermain gitar di kampus menarik perhatian para rekan mahasiswa. Hingga mereka disarankan untuk membuat band dengan nama “Kapal Udara”, sesuai dengan ciri khas kapal Phinisi dari Sulawesi Selatan.
Kapal Udara memiliki arti seperti kendaraan yang bisa menjelajahi laut dan udara bagaikan nahkoda. Ibarat pepatah ucapan adalah doa, mereka berharap lagu Kapal Udara dapat diterima di semua kalangan.
“Kita mau bikin lagu yang bisa diterima di semua kalangan, kendaraan maruk lah ceritanya. Tahu kapal Zeppelin? Seperti itu bayangannya,” tutur Bobby, ketika diwawancarai selepas konser, Sabtu (16/02).
Pada 2017, band dengan tagline “Musik Mencari Teman” ini akhirnya fokus berkarier di dunia musik. Di tahun yang sama, album “Seru dari Hulu” yang berisi 4 lagu diperkenalkan ke dunia.
Dulunya, aktivitas band Kapal Udara layaknya mahasiswa lainnya yang menjalani rute kos-kampus. Dari keseharian itu, mereka akhirnya terinspirasi dengan menuangkannya ke dalam lagu.
Tak jauh dari latar belakang jurusan Sosiologi dan Antropologi, Kapal Udara tertarik dengan hal yang berhubungan dengan masyarakat. Hal ini yang menjadi buah pikiran lagu di awal mereka berkarier yang membahas soal pedesaan.
Setiap lagu Kapal Udara memiliki pesan umum yang disampaikan. Karyanya banyak menceritakan tentang lingkungan sekitar, misalnya dunia sedang tidak baik-baik saja. Terdapat lagu berjudul “Serdadu” tentang kekacauan Indonesia dan “Merantau” mengisahkan seseorang di perantauan.
Dalam perjalanannya, komunitas musik berperan penting dalam menunjang karier band tersebut. Kabar event dari teman ke teman menjadi titik penting mereka sering diajak untuk pentas.
Selain dari musik, event komunitas literasi juga turut membantu seperti Kedai Buku Jenny dan KataKerja. Berawal dari musisi yang ditemui di tongkrongan memberikan jalan mulus untuk pentas ke Kuala Lumpur.
Kapal Udara akhirnya mengenal dunia musik profesional seiring berjalannya waktu. Pentas di panggung tidak hanya bersenang-senang, tapi juga memenuhi tanggung jawab kerja. Bagi mereka, tantangannya adalah durasi, ketepatan waktu, dan menghibur penonton.
Setelah lamanya berkarier, mereka mendapatkan kesempatan melakukan tur pertama dengan album “Seru dari Hulu” di Bali. Bassist Kapal Udara, Dadang mengatakan hal tersebut sangat berkesan karena mereka hampir memakan babi, mencoba memasuki bar, dan merasa Bali seperti luar negeri.
“Kalau saya ditanya pribadi, perjalanan yang paling berkesan adalah tur pertama karena Kapal Udara yang buat saya naik kapal udara,” ucap Dadang, pemain bas itu.
Saat ini, Ayat dan tim sukses menjadi band yang tampil dalam beberapa event. Hal ini dapat dilihat dari beberapa unggahan di kanal media sosial Instagram @kapaludara, lagu di YouTube serta Spotify @Kapal Udara.
Kapal Udara memiliki 14.446 pendengar bulanan pada Spotify, dengan lagu didengar terbanyak yakni “Menanam”. Band tersebut juga pernah bekerja sama dengan Feby Putri pada lagu “Durasi”.
Tak lupa dengan asalnya, pada bagian akhir lagu tersebut mencantumkan bahasa Makassar. Kapal Udara juga telah merilis beberapa album dengan corak masing-masing, dimulai dari “Seru dari Hulu”, “Mesin Manusia”, “Suakajiwa”, “Satu Sama Lain” dan beberapa single lainnya.
Pada 2025, Kapal Udara memasuki usia 10 tahun yang diungkapkan pada event Indonesia Gembira. Mereka harus bertahan selama mungkin beriringan dengan pendengar musik yang bertambah.
“Band yang selalu mengeluarkan karya adalah band yang selalu punya orang untuk mendengarkan lagunya. Jadi harapan saya adalah bertahan selama mungkin,” harap Ale.
Spesial di tahun ke-10 nya, Kapal Udara akan mengeluarkan single terbarunya berisi rangkuman perasaan 10 tahun. Lagu kali ini akan lebih santai, mengenai perasaan main band selama 10 tahun bersama-sama.
Mengutip dari pernyataan Bagaskara Hindia, Ale menyampaikan kepada generasi penerus yang ingin berkarya di dunia musik agar mencari suaranya.
“Gak ada orang yang gak bisa nyanyi, cari pekerjaan lu,” tutur pemain gitar Kapal Udara tersebut.
Bermula dari bersenang-senang, ternyata hal tersebut yang menjadi takdir karier mereka.
Aliyah Fadhilah