Unhas tengah gencar membuka Program Studi (Prodi) baru. Alhasil, peminat pun minim.
Perwajahan website resmi Unhas tampak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Terutama di Jalur Mandiri. Salah satu pilihan dalam jalur itu ialah Program Studi Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok. Sehingga, lulusan SMA atau sederajatnya yang berminat dengan prodi itu dapat mendaftarkan diri pada tanggal 6 Juli sampai 8 Agustus 2018.
Sayangnya, hingga batas registrasi yang sudah ditentukan, jumlah peminat Prodi ini sangat minim yaitu hanya empat orang pendaftar. Artinya, kurang satu mahasiswa lagi menjadi syarat minimal membuka kelas. Namun, kenyataan ini tidak membuat Unhas membatalkan program tersebut.
Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas, Prof Dr Ir Muh Restu MP, kelas dengan peserta kurang dari lima mahasiswa dapat tetap terlaksana atas izin dekan.
“Jadi pelaksanaan pembukaan kelas yang mewajibkan 5 orang dalam kelas itu didasarkan pada kelayakan finansial dan kelayakan akademik. Selama ini kita melihat dari kelayakan finansial,” kata Restu saat dihubungi via pesan WhatsApp oleh reporter identitas, Selasa (2/10).
Namun, tambah Restu, karena program kelas internasional itu adalah hal yang baru, maka Unhas menerima apa yang ada saja demi kelanjutan ke depannya. Memang, akuinya, sudah menjadi komitmen untuk membuka kelas internasional.
Prodi dengan peminat sedikit bukan hanya terjadi pada Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok. Program yang baru-baru dibuka juga demikian yaitu Magister Makro Finance (Keuangan Mikro).
Laporan reporter identitas saat wawancara dengan Direktur Centre of Microfinance, Prof Gagaring Pagalung pada Rabu, 5 September 2018 menyebutkan, Unhas hanya mampu menggaet empat calon mahasiswa. Hal ini mengakibatkan, Gagaring mesti memperpanjang jadwal pendaftaran.
Bukan hanya dua Prodi itu, berdasarkan data yang diperoleh dari Wakil Rektor Bidang Akademik tercatat, masih ada enam Prodi lagi yang telah resmi dibuka di tahun ini.
Rinciannya ada S2 Arkeologi, S3 Ilmu Sosiologi, S3 Ilmu Peternakan, Pendidikan Profesi Insiyur, S2 Ilmu Pemerintahan, dan Spesialis Ilmu Bedah Mulut dan Maksilofasial.
Lebih lanjut, kenyataan kurangnya peminat di beberapa Prodi baru itu, harusnya menjadi bahan evaluasi bagi Unhas. Ditambah, beberapa Prodi yang telah lama dibuka juga mempunyai masalah sama, soal jumlah mahasiswa yang kurang.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dikti), dalam server Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT) menginformasikan, Unhas memiliki 158 Prodi.
Dari semua Prodi yang terdaftar, terdapat dua yang berstatus tertutup. Di antaranya, Program Sarjana Pendidikan Guru dan Pendidikan Anak Usia Dini, dan Program Magister Kajian Budaya. Kedua program itu diresmikan pada tahun 2011.
Padahal, Program Magister Kajian Budaya pernah kembali mengajukan pembukaan Prodi pada 21 Juli 2016. Namun hingga saat ini, Prodi tersebut masih berstatus tutup pada server PDPT.
Menanggapi hal itu, Ketua Departemen Sastra Daerah Unhas, Dr Muhlis SS MHum mengatakan, program yang dimaksud itu belum pernah aktif sebelumnya. Karena borang yang mereka ajukan belum memenuhi syarat.
“Mengenai isu yang berstatus di tutup, saya kurang tahu karena memang dulu kami ajukan tapi belum diterima usulannya,” ungkap Muhlis..
Untuk tahun ini, Muhlis mengungkapkan, ia akan kembali mengajukan borang pembukaan Prodi Kajian Budaya yang mengarah ke kajian etnik, khususnya di bagian timur Indonesia.
Di sisi lain, beberapa Prodi di Unhas juga memiliki jumlah mahasiswa yang sedikit, seperti Program Sarjana Ilmu Sejarah dan Program Magister Geofisika.
Ketua Prodi Ilmu Sejarah sendiri, Dr Suriadi Mappangara menjelaskan, kurangnya mahasiswa lantaran untuk memenuhi daya tampung yang disediakan.
“Sebenarnya Ilmu Sejarah banyak peminatnya, bahkan pernah sampai 500 orang, tapi karena daya tampung mahasiswa setiap tahunnya memang segitu (sekitar 30 orang) jadi jumah mahasiswa sedikit,” ungkapnya.
Suriadi juga menyampaikan, sejak diberlakukannya Dana Pengembangan Pendidikan (DPP) di Unhas, prodi Ilmu Sejarah tidak lagi memiliki mahasiswa Jalur Non Subsisdi (JNS) di tahun ini.
Berbeda dengan Ilmu Sejarah, salah satu Prodi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unhas, Program Magister Geofisika hanya memiliki tujuh mahasiswa.
Ketua Program Magister Geofisika, Dr Samsu Arief Msi beralasan kurangnya mahasiswa lantaran usia Prodi yang menurutnya masih muda, baru terbentuk tiga tahun terakhir.
“Sebagai Prodi yang baru dibuka tentu persaingan dengan Prodi lama dan mapan menjadi tantangan tersendiri buat kami,” jelasnya.
Sementara, tampaknya Unhas akan terus membuka Prodi baru. Saat ini saja, Unhas diketahui tengah menyiapkan borang pembukaan program di FISIP Unhas yaitu Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Rencananya Prodi tersebut akan berada di bawah Departemen Ilmu Komunikasi Unhas.
Kepala Tata Usaha Perpustakaan Pusat Unhas, Ir Annis Assiri MM mengatakan, Prodi Ilmu Perpustakaan Unhas dulunya pernah ada namun hanya tingkat diploma saja.
“Dulu memang pernah ada jurusan Ilmu Perpustakaan di Unhas tapi masih tingkatan diploma, tahun ini baru rencana dibuka S1,” paparnya.
Selain itu, Annis menjelaskan alasan dibuka kembali prodi tersebut adalah permintaan dari mahasiswa D3 dan masyarakat sekitar.
“Latar belakang dibukanya kembali prodi Ilmu Perpustakaan Unhas, berdasarkan permintaan mahasiswa-mahasiswa D3 dan masyarakat. Selain itu, Unhas juga sudah memiliki dosen yang berkompeten di bidang ini,” papar Annis, Jumat (3/8).
Bukan hanya itu, 17 Prodi yang tercatat di data akademik Unhas sementara menunggu evaluasi dari pihak kampus.
Otonomi Kampus Membuka Prodi, Berkah atau Musibah?
Tampaknya Unhas memang lagi gencarnya membuka Prodi baru. Ditambah kewenangannya yang membuat kampus ini lebih leluasa membuka program sejak berstatus Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH).
Hal tersebut diatur dalam pasal 65 ayat (3) UU nomor 12 tahun 2012 pada point G, yang menyatakan, PTN BH memiliki: wewenang untuk membuka, menyelenggarakan, dan menutup Program Studi.
Artian lain, Unhas tidak perlu lagi mendapatkan persetujuan dari pemerintah bila ingin membuka atau menutup Prodi. Pemeriksaan kelayakan pembukaan Prodi dilakukan di internal kampus.
Awalnya, fakultas membentuk tim penyusun studi kelayakan pembukaan prodi baru. Setelah disetujui, maka akan diberikan surat rekomendasi kepada dekan untuk ditindaklanjuti. Lalu, akan dibuat proposal yang mengacu pada panduan proposal Kemenristekdikti. Selanjutnya, gugus penjaminan mutu fakultas harus mengevaluasi kelayakan proposal tersebut.
Setelah melalui proses di fakultas, proposal akan diusulkan kepada rektor. Selanjutnya rektor akan menugaskan Lembaga Penjaminan Mutu Internal (LPMI) universitas untuk melakukan verifikasi. Jika proposal dinyatakan layak, Senat Akademik akan melakukan kajian dan evaluasi maka akan mengeluarkan surat persetujuan pembukaan prodi baru.
Selanjutnya rektor akan mengajukan proposal tersebut ke BAN-PT atau LAM untuk mendapatkan rekomendasi kelayakan akreditasi minimum. Berdasarkan surat rekomendasi dari BAN-PT atau LAM, maka rektor akan mengusulkan pembukaan prodi baru kepada MWA untuk mendapat persetujuan.
Hasil dari persetuan tersebut, rektor akan mengeluarkan izin pembukaan prodi baru. Yang kemudian disampaikan kepada Kemenrristekdikti terkait keberadaan prodi baru tersebut.
Keistimewaan seperti ini harusnya membuat Unhas lebih banyak mengevaluasi dan memperhatikan pelbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Terutama soal peminat.
Seperti yang telah dikatakan wakil rektor bidang akademik, ada dua hal yang mesti diperhatikan dalam membuka suatu kelas atau program yaitu kelayakan finansial dan kelayakan akademik.
Penulis: Wandi Janwar