Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Kuliah Umum bersama Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran dengan mengangkat tema “Pengungkapan Jejak Kepurbakalaan Lembah Walannae Sulawesi Selatan (Sulsel)”, secara luring terbatas di Aula Prof. Mattulada FIB Unhas dan secara daring melalui Zoom Meeting, Selasa (5/10).
Arkeolog Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Dr Agus Hascaryo SS Msi dan Geologist Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, Dr Eng Ir Didit Hadi Bariyanto ST Msi hadir sebagai pemateri.
Dalam pemaparannya, Agus menjelaskan bahwa di Indonesia terutama di Walannae ada banyak lokasi luar biasa dan sangat menarik karena walaupun Sulawesi berada diantara garis Wallace, tetapi tetap memiliki hubungan. “Sulawesi memang harus diteliti karena seandainya multi regional dapat dibuktikan di Walannae maka akan sangat luar biasa,” kata Agus
Agus menambahkan bahwa Laut di Lembah Walannae jika terlalu dangkal otomatis lama-kelamaan akan tertutup oleh sendimen yang mengandung garam dan sisanya menjadi Danau Tempe.
Pemateri kedua, Didit mengungkapkan, yang dapat dilihat di Walannae adalah endapan sungai lama yang membentuk teras atau satu dataran. Ia mengatakan jika menemukan fosil atau artefak di atas endapan teras dan menjumpai di dalam sendimen maka umur artefak itu seumur dengan sendimen. Teras yang tua tidak berarti kehidupan diatasnya lebih tua daripada teras yang muda.
“Dalam dunia paleontologi, mereka yang hidup bersama diatas teras pada periode waktu sama disebut sebagai share of history periods,” imbuh Didit.
Andi Aulya Valma Basyuni