Puluhan mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) yang menamakan diri sebagai Aliansi Lawan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank Group (WBG) menggelar aksi menolak pertemuan tahunan (annual meeting) IMF dan WBG di Nusa Dua, Bali 8-14 Oktober mendatang.
Pukul 16.30 Wita puluhan mahasiswa ini mulai berorasi di depan Tugu Tridharma Unhas. Kemudian sambil membawa pengeras suara dan spanduk yang berisi kecaman tentang Kapitalisme Global di dalam pertemuan IMF dan WBG di Bali, mereka melakukan longmarch menuju Pintu Satu Unhas.
Di depan Pintu Satu Unhas, mereka bergantian menyampaikan aspirasinya dan membagikan selebaran tuntutan. “Maka dari itu, adanya IMF, Grup Bank Dunia maupun WTO, hanya menghempaskan kita ke dalam jurang yang lebih dalam. Apa yang paling realistis untuk perlawanan terhadap kapitalisme global adalah pembajakan – pembajakan kecil terhadap totalitas sistem yang mengkungkung keseharian kita,”tulis mereka dalam selebaran itu.
Sebab, masih mengutip selebaran tuntutan, menjadi realistis bukan berarti mengamini, menyerah, dan menganggap keseluruhannya adalah garis tangan takdir. Melainkan bagaimana mengobarkan perlawanan dengan seluruh kekuatan yang kita miliki. Pun juga perlawanan tak akan ada di balik forum – forum para elit melalui kubu politisi tertentu, tetapi perlawanan sejatinya tetap berada di jalanan. Kepalkan tangan dan riak kan protesmu.
Selain berorasi dan membagikan selebaran, mahasiswa aksi yang membentangkan spanduk besar bertuliskan Resist IMF-WBG ini juga membakar ban yang menyebabkan kemacetan. Tak lama kemudian, aksi tersebut berujung ricuh. Sebab para pengunjuk rasa mulai mencoreti setiap mobil berplat merah yang lewat dan merusak pos Satpam Pintu Satu.
Sehingga, petugas Satuan Pengamanan Unhas (Satpam Unhas) dan Polisi Lalu Lintas (Polantas) beserta Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Arsunan Arsin terlihat menertibkan aksi dan mengatur lalu lintas sepanjang jalan Perintis Kemerdekaan.
Kemudian, salah satu mahasiswa yang menyuarakan aspirasinya tentang pertemuan IMF dan WBG di Bali, mengajak mahasiswa aksi yang lain untuk merapatkan barisan dan membakar semangat mereka.
“Hidup mahasiwa, hidup petani, hidup buruh, hidup kaum miskin kota. Salah satu yang akan mereka bahas adalah perkembangan ekonomi digital. Perkembangan ekonomi ini hanya untuk orang – orang ber-ada, mereka tidak memikirkan rakyat – rakyat miskin seperti kita, rakyat miskin di sana yang tidak mengerti tentang apa itu digital,”teriak salah satu mahasiswa aksi, Jumat (12/10).
Setelah berorasi, membagikan selebaran, membakar ban, dan bernyanyi di depan Pintu Satu Unhas, mahasiswa aksi membubarkan diri dengan longmarch masuk ke dalam kampus Unhas.
M05