“Setiap anak mempunyai hak untuk merasakan pendidikan yang terbaik.”
Semua orang tua pasti ingin menghadirkan pendidikan yang terbaik untuk anak mereka. Hal itu turut didambakan pendiri Dialektika Kids, Ayu Ruhyuni. Berawal dari berorganisasi semasa kuliah hingga bergabung ke dalam himpunan, ia mulai merubah pandangannya terhadap dunia pendidikan.
Ayu, seperti halnya orang tua lainnya, berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang berkualitas bagi putrinya. Meski banyak yang memilih sekolah bergengsi dengan biaya tinggi, Ayu meyakini bahwa pendidikan berkualitas tak hanya tersedia melalui jalur itu saja.
Baginya, ada alternatif lain untuk memberikan hak pendidikan yang setara tanpa menguras biaya. Hak atas pendidikan terbaik merupakan hak setiap anak, tanpa harus terbebani pengeluaran lebih.
Melihat hal tersebut, alumni mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Hasanuddin (Unhas) tersebut berusaha mencari alternatif pendidikan di luar dari pendidikan formal. Ia mulai mempelajari metode montessori hingga mendapatkan sertifikasi Diploma.
Montessori sendiri merupakan metode pembelajaran yang membebaskan anak untuk bereksplorasi, memilih aktivitas sesuai dengan minat dan bakatnya. Ia mengaku metode yang digunakan sangat membantu para orang tua mendampingi anak, layaknya buku pedoman.
“Montessori bukan sekadar pendidikan, tetapi lebih kepada bagaimana way of life-nya,” tuturnya, Rabu (08/05).
Ayu kemudian mendirikan Dialektika Kids di tahun 2023, sebuah lini usaha Dialektika Bookshop yang berfokus pada anak-anak dan parenting. Dialektika Kids merupakan ruang bermain layaknya pusat penitipan anak yang awalnya hanya berupa toko buku khusus anak-anak. Selain membantu orang tua yang bekerja penuh seharian, juga membantu anak-anak mendapatkan stimulasi secara penuh.
Dengan pola pengasuhan yang berkembang saat ini, ia menyadari metode yang digunakan telah jauh berbeda dari zaman orang tua dahulu. Ayu beranggapan banyak orang tua muda sekarang sudah ingin belajar untuk memenuhi segala kebutuhan tumbuh kembang anaknya tentunya dengan pola parenting yang berbeda.
Ia juga merasa karena keterbukaan informasi yang sangat luas di era ini, orang tua dapat dengan mudah mengakses informasi. Namun, keterbukaan itu turut membuat orang tua kesulitan menyaring antara informasi yang benar dan salah. Untuk itu, keinginannya untuk membantu orang tua muda lainnya menjadi salah satu alasan pendirian Dialektika Kids.
Meski membangun ruang penitipan anak belum terealisasikan sepenuhnya karena adanya keterbatasan modal dan lokasi yang dianggap kurang sesuai untuk anak-anak, Ayu tetap berusaha mengembangkan Dialektika Kids dengan menggunakan metode kelas bergiliran dan dikelompokkan sesuai dengan kemampuannya.
Ayu merasa dirinya dapat menjadi sangat bermanfaat untuk orang lain. Ia membuka kelas dengan kisaran harga yang lebih murah berkisar 60 sampai 70 ribu rupiah per pertemuan dari yang biasanya 150 ribu rupiah per pertemuan. Ini ia lakukan sebagai bentuk keresahannya akan biaya pendidikan yang mahal.
Sebelum menekuni dunia pendidikan, Ayu juga menaruh perhatian dalam isu perempuan dan gender. Ia mewakili keresahan perempuan akan ketidaksetaraannya dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang tertuang dalam bentuk puisi dan kemudian dipublikasikan ke media sosial. Berangkat dari hal itu, pada 2020, wanita kelahiran Makassar itu kemudian menerbitkan buku berjudul Sejumlah Luka yang Disembunyikan Kutang.
Selain menekuni pendidikan anak dan parenting, ia juga turut aktif tergabung dalam sebuah komunitas diskusi dan literasi, Rumah Baca Philosophia yang menyediakan sejumlah buku bacaan gratis kepada masyarakat.
Ayu bukan hanya membantu anak-anak, tetapi juga berupaya memberdayakan orang tua untuk lebih memahami dan memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak mereka. Ia berharap pendidikan terbaik bukan hanya menjadi hak eksklusif bagi mereka yang mampu, tetapi hak setiap anak yang harus diperjuangkan.
Miftah Triya Hasanah