Strategic Communications and Inclusive Stakeholder Engagement Specialist, Luna Vidya hadir sebagai narasumber dalam kegiatan Talkshow oleh Institute for Natural Resources, Energy, and Environmental Management (IREEM) bekerja sama dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia. Kegiatan berlangsung di Aula Prof Syukur Abdullah Lt 3, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Hasanuddin (Unhas), Selasa (18/11).
Dalam pemaparannya, Luna menyampaikan banyak rencana besar pemerintah sering luput menangkap pengalaman nyata warga, terutama mereka yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau sekitar Makassar. Ia juga menilai persoalan mobilitas perlu dipahami melalui cara warga bertahan menghadapi minimnya fasilitas transportasi.
“Kita tidak bisa membayangkan kota yang lebih baik kalau kita tidak berani membayangkan sesuatu yang berbeda,” ujarnya.
Alumni Unhas angkatan 85 tersebut menjelaskan, kelompok muda memiliki peran penting membangun kepedulian terhadap mobilitas berkelanjutan melalui pengamatan langsung terhadap macet, akses transportasi publik, serta kesulitan warga pulau. Ia menyebut data dan peta tidak cukup tanpa narasi warga yang memberi konteks sosial.
Menurutnya, biaya kemacetan kota Makassar yang mencapai miliaran rupiah per hari menunjukkan perlunya perubahan paradigma mobilitas. Kondisi tersebut berdampak pada semua kelompok, mulai dari mahasiswa hingga masyarakat berpenghasilan rendah.
Terakhir, ia menambahkan pengalaman warga Barrang Lompo selama pandemi menjadi contoh bagaimana kebutuhan dasar dapat mendorong mereka mencari siasat menghadapi pembatasan. Ia melihat bahwa berbagai perubahan lingkungan juga mempengaruhi pilihan mobilitas mereka.
“Kita perlu mendengar bagaimana warga menyiasati kota ini sebelum merencanakan perubahan apa pun,” katanya.
Fitriani Andini
