Sudah jadi pemandangan biasa di Perpustakaan Pusat Unhas, sejumlah mahasiswa berada dalam perpustakaan namun bukannya asyik membaca buku, melainkan bermain dengan gawainya. Mereka cenderung mencari literatur digital, dibandingan buku konvensional.
“Mencari bahan pustaka lebih bagusnya sistem digital, karena menurut saya kehidupan manusia 30% (saat ini) ada di dunia maya atau digital,” kata Rima Fitriani, mahasiswa angkatan 2016 Fakultas Pertanian, ini sambil tertawa.
Setali tiga uang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Riswan Jamal mengatakan literatur digital lebih efektif dibanding pustaka manual. “Sistem digital dalam mencari bahan pustaka akan membuat seseorang membaca efektif. Soalnya bahan pustaka manual akan tersingkir dan orang akan malas membaca,” ujarnya.
Beralihnya mahasiswa dalam mencari buku manual di perpustakaan bukan hanya disebabkan perubahan zaman. Kurangnya literatur terbaru yang disediakan perpustakaan juga menjadi musababnya.
“Dalam mencari literature untuk mendukung mata kuliah, kadang saya tidak menemukan bahan kuliah yang dibutuhkan,” timpal Muhammad Fatir, mahasiswa Fakultas Peternakan angkatan 2015.
Sementara itu, Kepala Tata Usaha Perpustakaan Pusat Unhas, Drs Annis Assiri menyampaikan kurangnya buku terbaru dikarenakan penyesuaian terhadap zaman digital. Perpustakaan pusat saat ini lebih memusatkan perhatiannya ke pangadaan jurnal digital.
“Tetapi tetap kita ajukan untuk pengadaan buku teks,“ ujar Annis ketika berbincang dengan Identitas beberapa waktu lalu.
Annis Assiri menjelaskan, butuh waktu satu tahun untuk pengadaan buku di perpustakaan. Hal itu dimulai dari program studi mengajukan buku yang dibutuhkan, lalu penentuan harga satu buku dan total, kemudian disetujui Dirjen Anggaran Unhas. Selanjutnya diteruskan ke Badan Perpustakaan pusat di Jakarta. Begitulah pengadaan buku terbaru perlu membutuhkan waktu satu tahun.
“Bahkan di perpustakaan pusat saja membutuhkan proses yang panjang dan memakan waktu yang lama dalam persetujuan proposal untuk pengadaan buku dan penyewaan web elektronik book (E-book)/ jurnal elektronik,” terang Kepala Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin, Dr Muh Nadjib Med Mlib.
Pengadaan buku terbaru di setiap fakultas juga memilki kendala. Kendala yang dihadapi adalah alokasi dana setiap fakultas. Hampir semua pustakawan fakultas berkeluh kesah masalah dana untuk pengadaan buku terbaru. Walau kata Kepala Perpustakaan Pusat alokasi dana untuk pustaka fakultas tetap ada.
“Sebenarnya setiap fakultas ada anggaran dana untuk pengelolahan pustaka. Alokasi dana ini, dikelola sendiri setiap fakultas,” tutur Dosen ilmu komunikasi ini.
Najib menambahkan ruang baca fakultas seharusnya memilki hand book idealnya. Hand book ini merupakan sumber yang terfokus pada bidang ilmunya. Sistem yang akan dipakai dalam perpustakaan di unhas, yakni perpustakaan pusat dijadikan sentralisasi (berupa fasilitator dan mediator) sedangkan perpustakaan/ruang baca setiap fakultas dijadikan desentralisasi (berupa pelayanan).
“Menutupi keluhan mencari bahan pustaka yang update, itu semua sudah ada di web unhas.ac.id/perpustakaan secara online,” pungkas Najib.
Reporter: Musthain Asbar H, Dhirga Erlangga