Sabtu pagi di awal Juli saya melihat koran Kompas di atas meja ruang tamu Rumah Kecil identitas. Bertepatan dengan data yang habis, hati yang kosong, dan rasa suntuk yang menyerang akhirnya koran pagi itu saya buka. Kembali membaca koran di masa digital menjadi suatu hal yang menarik dan menghibur.
Koran akhir pekan itu menyajikan hal-hal yang cukup menarik, mulai dari isu berat nasional hingga hiburan. Saya terhenti pada halaman yang menyajikan jadwal tayangan televisi yang disajikan pada lembar-lembar akhir koran tersebut. Melihat salah satu anime kesukaan saya, Naruto Shippuden kembali mengisi layar kaca membuat saya tersenyum, meskipun saya sendiri sudah sangat jarang menonton TV.
Dahulu saat memasuki waktu magrib, kami akan segera pulang ke rumah, sebab di waktu itulah anime ini ditayangkan.
Mengingat lebih jauh tentang anime Naruto, saya sangat menyukai beberapa pemikiran tentang persahabatan, cinta, dan pesan-pesan moral lain di dalamnya. Menurut saya yang berumur 21 tahun ini, Naruto menjadi sebuah pandangan idealis, meskipun akan terkesan naif jika dilihat di kehidupan sehari-hari.
Pada masa SMA, saya pernah diberitahu oleh senior bahwa kadang kita tidak boleh seperti Naruto yang naif, jika menjadi pemimpin kita harus menjadi Sasuke yang mengorbankan beberapa hal dalam hidup.
Kembali ke masa sekarang, Realita hari ini dalam berorganisasi ternyata kadang kepercayaan menjadi barang mahal yang sulit diraih orang-orang. Memercayai memang adalah suatu hal yang sulit, sebab menaruh harap yang besar akan mendatang kekecewaan yang besar jika yang diharapkan tidak tercapai.
Kadang, mencintai sesuatu akan diikuti juga dengan ketakutan jika yang dicintai tersakiti. Itu berlaku pula pada organisasi, kecintaan yang berlebih akan membuat kita para pelaku organisasi khawatir akan keberlangsungan lembaganya. Kekhawatiran tentang bagaimana lembaga itu akan dijalankan ke depannya, kekhawatiran jika kondisi ideal yang pernah ia capai tidak diteruskan, dan lainnya.
Krisis kepercayaan ini tercipta karena keraguan yang terlintas di benak orang yang cinta akan organisasi tersebut, mereka ragu jika orang-orang yang setelahnya tidak mencintai seperti dia mencintai, tidak seserius dia menjalankan lembaganya atau bahkan bermain-main dalam menjalankannya.
Bagaimana kekhawatiran itu terjadi jelas karena organisasi yang dicintai tidak ingin dilihat berada dalam kondisi buruk. Namun, tugas kita hanya mendidik dan memercayai hasil didikan itu. Kekuatan untuk percaya itulah yang harus dilakukan.
Krisis kepercayaan dalam serial Naruto juga pernah terjadi. Pada episode 170-an di Naruto Shippuden, ketika Pemimpin Akatsuki, Pain melakukan penyerangan pada desa tercinta Naruto, Konoha. Penyerangan yang dilakukan tak lama setelah ia berhasil membunuh salah satu Sannin Legendaris, Jiraiya.
Ketika penyerangan terjadi, Naruto sedang tidak di desa. Ia dikirim ke Gunung Para Katak untuk berlatih menggunakan energi alam. Saat Tsunade, Hokage kelima yang memerintah Konoha saat itu sudah tahu siapa yang menyerang Konoha, ia memerintahkan Naruto untuk dipanggil pulang ke desa.
Belum saja perintah itu dijalankan, kedua tetua desa, Homura dan Koharu melarangnya. Tsunade yang menjadi Hokage geram bukan main. Ia mengangkat tangannya ke kerah baju para tetua desa dan melawan perintahnya. Ia bahkan menyampaikan bahwa perbedaan tetua itu dengan Hokage ketiga Sarutobi Hiruzen dan Nenek Chiyo dari Suna adalah kekuatan untuk memeercayai.
Momen itu menurut saya sangat heroik, di mana dalam hierarki kekuasaan di Anime itu, Tsunade berani melawan status quo dari para tetua dengan pikiran kolot. Ia menunjukkan bahwa kepercayaan kepada generasi penerus harus dilakukan, bukan selalu berpikir konservatif dan menganggap generasi setelahnya akan lebih lemah dari generasi mereka.
Semangat api yang menjadi semangat persatuan desa Konoha harus selalu diwariskan dan menjadi lambang kepercayaan desa kepada generasi penerusnya.
Jika peristiwa itu diambil pelajaran untuk organisasi, para penggerak ataupun yang sudah demisioner harus mempercayakan dan mengawasi tanpa perlu mengintervensi keputusan mereka yang bakal menjadi pengurus selanjutnya.
Mereka generasi baru adalah hasil didikan kita, maka sudah seharusnya kita percaya. Tugas selanjutnya dari generasi yang lama ialah melihat dan memberi masukan membangun, dengan dasar alur pemikiran yang jelas sehingga bisa dipertimbangkan para penerus organisasi.
Lantas siapkah mereka yang akan diberi amanah selanjutnya jika diberi kepercayaan?
Muh Amar Masyhudul Haq
Litbang SDM PK identitas Unhas 2024
Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Angkatan 2021